Senin, 05 Desember 2011

Puasa Sunah ‘Asyura: Waktu dan Keutamaannya



Oleh: Farid Nu’man
                Tidak Sedikit manusia bertanya, bagaimanakah puasa sunah ‘Asyura itu? Dan kapankah pelaksanaannya?

Dalil-Dalilnya:

                Berikut ini adalah dalil-dalil puasa tersebut:
1.       Hadits Dari Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu:

 فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَيَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ إِلَى قَوْلِهِ طَعَامُ مِسْكِينٍ } فَمَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يُفْطِرَ وَيُطْعِمَ كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا أَجْزَأَهُ ذَلِكَ

                “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu berpuasa tiga hari pada tiap bulannya dan berpuasa pada hari ‘Asyura, lalu Allah Ta’ala menurunkan wahyu: “Diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian”  hingga firmanNya: “memberikan makanan kepada orang miskin” maka sejak itu barang siapa yang ingin berpuasa (puasa tiga hari tiap bulan dan ‘Asyura) maka silahkan dia berpuasa, dan barang siapa yang ingin berbuka maka silahkan dia berbuka, dan memberikan kepada orang miskin setiap hari yang demikian itu akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Abu Daud No. 507. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 507)

2.       Hadits dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:

 كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
“Hari ‘Asyura adalah hari yang pada masa jahiliyah orang-orang Quraisy melaksanakan puasa, saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga berpuasa. Ketika Beliau  sampai ke Madinah beliau berpuasa dan memerintahkan manusia agar berpuasa pada hari itu. Maka, tatkala diwajibkan puasa Ramadhan, dia meninggalkan puasa ‘Asyura. Maka, barang siapa yang mau silahkan dia puasa dan barang siapa yang tidak maka tinggalkanlah.” (HR. Bukhari No. 2002, 4504, Muslim No. 1125)

3.       Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:

 كَانُوا يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ وَكَانَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيهِ الْكَعْبَةُ  فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ رَمَضَانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ



                “Dahulu mereka berpuasa pada hari ‘Asyura sebelum diwajibkannya Ramadhan dan saat itu hari ditutupnya Ka’bah. Ketika Allah Ta’ala mewajibkan Ramadhan, bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Barang siapa yang mau puasa (‘Asyura) silahkan, barang siapa yang mau meninggalkannya, silahkan.” (HR. Bukhari No. 1592, Ath Thabarani dalam Al Awsath No. 7495, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 9513)
                Dan lain-lain.
                Dari tiga hadits di atas, kita dapat memahami bahwa dahulu puasa ‘Asyura adalah   rutinitas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Lalu,  puasa itu menjadi ‘opsi’ (pilihan) saja setelah diwajibkannya puasa Ramadhan, bagi yang menghendakinya.

                Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani menjelaskan, bahwa sebagaian ulama, yakni kalangan Hanafiyah mengatakan dahulu puasa ‘Asyura itu wajib, mereka berdalil dengan zahir hadits bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan hal itu: 

                “ …. ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampa ke Madinah beliau berpuasa dan memerintahkan manusia agar berpuasa pada hari itu.”

                Lalu, ketika diwajibkan puasa Ramadhan, kewajiban puasa ‘Asyura di hapus (mansukh). Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa tidak ada satu pun puasa yang wajib, sebelum diwajibkannya   puasa Ramadhan, mereka berdalil dari hadits Mu’awiyah Radhiallahu ‘Anhu secara marfu’: “Allah tidak mewajibkan berpuasa (‘Asyura) atas kalian.”.  Ada pun perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hadits tersebut tidak menunjukkan kewajiban, tetapi anjuran saja. (Lihat Fathul Bari, 4/103. Darul Fikr)

                Yang shahih –Insya Allah- adalah pendapat jumhur ulama. Hadits yang dimaksud adalah dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إن هذا يوم عاشوراء، ولم يكتب عليكم صيامه، وأنا صائم، فمن شاء صام، ومن شاء فليفطر
                “Sesungguhnya ini adalah hari ‘Asyura, dan kalian tidaklah diwajibkan berpuasa padanya, dan saya sedang puasa, jadi barangsiapa yang mau puasa silahkan, yang mau buka juga silahkan.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
                Hadits ini diucapkan juga sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, maka jelaslah bahwa sebelum wajibnya puasa Ramadhan, tidak ada puasa wajib termasuk ‘Asyura.
  


Keutamaan ‘Asyura dan Puasanya

1.       Puasa paling afdhal setelah puasa Ramadhan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل
                “Puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharam.” (HR. Muslim No. 1163. Ad Darimi No. 1758.  Ibnu Khuzaimah No. 2076. Ahmad No. 8534, dengan tahqiq Syaikh Syu’aib Al Arna’uth)

2.       Diampuni dosa setahun sebelumnya

Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
                “Dan berpuasa ‘Asyura, sesungguhnya saya menduga atas Allah bahwa dihapuskannya dosa setahun sebelumnya.” (HR. Abu Daud  No. 2425, Ibnu Majah No. 1738. Syaikh Al Albani mengatakan shahih dalam Al Irwa, 4/111, katanya: diriwayatkan oleh Jamaah kecuali Al Bukhari dan At Tirmidzi.  Shahihul Jami’ No. 3806)
3.       Hari ‘Asyura adalah Hari  di mana Allah Ta’ala membebaskan Nabi Musa dan Bani Israel dari kejaran Fir’aun dan Bala tentaranya

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:
قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة فرأى اليهود تصوم عاشوراء.
فقال: " ما هذا؟ " قالوا: يوم صالح، نجى الله فيه موسى وبني السرائيل من عدوهم، فصامه موسى فقال صلى الله عليه وسلم: " أنا أحق بموسى منكم " فصامه، وأمر بصيامه
                Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa ‘Asyura. Beliau bertanya: “Apa ini?” mereka menjawab: “Ini hari baik, Allah telah menyelamatkan pada hari ini Musa dan Bani Israel dari musuh mereka, maka Musa pun berpuasa.” Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Saya lebih berhak terhadap Musa dibanding kalian.” Maka, beliau pun beruasa dan memerintahkan untuk berpuasa (‘Asyura).” (HR. Muttafaq ‘Alaih)


Kapankah Pelaksanaannya?

                Terjadi perselisihan pendapat para ulama. 

1.       Pihak   yang mengatakan 9 Muharam (Ini diistilahkan oleh sebagian ulama hari tasu’a).

Dari Al Hakam bin Al A’raj, dia berkata kepada Ibnu Abbas:

أَخْبِرْنِي عَنْ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَيُّ يَوْمٍ هُوَ أَصُومُهُ قَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ ثُمَّ أَصْبِحْ مِنْ التَّاسِعِ صَائِمًا قَالَ فَقُلْتُ أَهَكَذَا كَانَ يَصُومُهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ
                “Kabarkan kepada aku tentang puasa ‘Asyura.” Ibnu Abbas berkata: “Jika kau melihat hilal muharam hitunglah dan jadikan hari ke-9 adalah berpuasa.” Aku berkata; “Demikiankah puasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?”  Ibnu Abbas menjawab: “Ya.” (HR. Muslim No. 1133, Ahmad No. 2135)

                 Juga  dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

 حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

                “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan dia memerintahkan manusia untuk berpuasa pada hari itu, para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani ….,” Maka dia bersabda: “Jika datang tahun yang akan datang – Insya Allah- kita akan berpuasa pada hari ke-9.” Ibnu Abbas berkata: “Sebelum datangnya tahun yang akan datang, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah wafat.” (HR. Muslim No. 1134 dan Abu Daud No. 2445)

                Sementara dalam lafaz lainnya:
لئن سلمت إلى قابل لأصومن اليوم التاسع
                “Jika saya benar-benar masih sehat sampai tahun depan, maka saya akan berpuasa pada hari ke-9.” (HR. Muslim No. 1134. Ibnu Majah No. 1736. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 8185. Ahmad No. 1971)

                Dalam Shahih Muslim disebutkan tentang puasa hari ke-9:
وفي رواية أبي بكر: قال: يعني يوم عاشوراء

                “Dalam riwayat Abu Bakar, dia berkata: yakni hari ‘Asyura.” (HR. Muslim No. 1134)

                Dari Ibnu Abbas secara marfu’:
لئن عشت إلي قابل لأصومن التاسع يعني يوم عاشوراء

                “Jika saya masih hidup sampai tahun depan, saya akan berpuasa pada hari ke -9, yakni ‘Asyura.” (HR. Ahmad No. 2106, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: sanadnya qawwi. Musnad Ibnu Al Ja’d No. 2827) 

2.       Pihak   yang mengatakan 10 Muharam, dan ini pendapat mayoritas ulama. Puasa ‘Asyura, sesuai asal katanya – al ‘asyr – yang berarti sepuluh.

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah:

واختلف أهل الشرع في تعيينه فقال الأكثر هو اليوم العاشر ، قال القرطبي عاشوراء معدول عن عاشرة للمبالغة والتعظيم ، وهو في الأصل صفة لليلة العاشرة لأنه مأخوذ من العشر
“Telah berselisih pendapat para ahli syariat tentang waktu spesifiknya, kebanyakan mengatakan adalah hari ke sepuluh. Berkata Al Qurthubi ‘Asyura disetarakan dengan kesepuluh untuk menguatkan dan mengagungkannya. Pada asalnya dia adalah sifat bagi malam yang ke sepuluh, karena dia ambil dari kata al ‘asyr (sepuluh).” (Fathul Bari, 6/280)
 
Lalu beliau melanjutkan:

وعلى هذا فيوم عاشوراء هو العاشر وهذا قول الخليل وغيره : وقال الزين ابن المنير : الأكثر على أن عاشوراء هو اليوم العاشر من شهر الله المحرم
                “Oleh karena itu, hari ‘Asyura adalah ke sepuluh, inilah pendapat Al Khalil dan lainnya. Berkata Az Zain bin Al Munir, “ mayoritas mengatakan bahwa ‘Asyura adalah hari ke 10 dari bulan Allah, Al Muharram. (Ibid)
Pendapat   ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بصيام عاشوراء يوم العاشر

                “Kami diperintahkan puasa ‘Asyura oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hari ke sepuluh.” (HR. At Tirmidzi No. 755, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 755)                 

                Lalu, bagaimana dengan dalil-dalil yang dikemukakan oleh pihak yang mengatakan ‘Asyura adalah tanggal 9 Muharam?

                Al Hafizh Ibnu Hajar memberikan penjelasan: “Zahirnya hadits ini menunjukkan hari ‘Asyura adalah hari ke-9, tetapi berkata Az Zain bin Al Munir: “Sabdanya jika datang hari ke sembilan” maka jadikanlah  ke sepuluh, dengan maksud yang ke sepuluh karena janganlah seseorang berpuasa pada hari ke-9 kecuali setelah berniat pada malam yang akan datang yaitu malam ke sepuluh.”  Lalu beliau mengatakan:

  قلت : ويقوي هذا الاحتمال ما رواه مسلم أيضا من وجه آخر عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال " لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبل ذلك " فإنه ظاهر في أنه صلى الله عليه وسلم كان يصوم العاشر وهم بصوم التاسع فمات قبل ذلك ، ثم ما هم به من صوم التاسع يحتمل معناه أنه لا يقتصر عليه بل يضيفه إلى اليوم العاشر إما احتياطا له وإما مخالفة لليهود والنصارى وهو الأرجح

                “Aku berkata: yang menguatkan tafsiran ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim juga dari jalan lain, dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:                “jika saya masih ada sampai tahun depan saya akan berpuasa pada hari ke-9, dan dia wafat sebelum itu.” Pada zahir hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa pada hari ke-10, dan   meraka diperintah  melakukannya pada hari ke-9 dan dia wafat sebelum itu. Kemudian apa yang mereka lakukan berupa puasa hari ke-9, tidaklah bermakna membatasi, bahkan menambahkan hingga hari ke -10, baik karena kehati-hatian, atau demi untuk menyelisihi orang Yahudi dan Nasrani. Inilah pendapat yang lebih kuat.” (Ibid)

                Sebenarnya kelompok ini tidaklah mengingkari puasa hari ke-9. Beliau mengutip dari para ulama:

وقال بعض أهل العلم : قوله صلى الله عليه وسلم في صحيح مسلم " لئن عشت إلى قابل لأصومن التاسع " يحتمل أمرين ، أحدهما أنه أراد نقل العاشر إلى التاسع ، والثاني أراد أن يضيفه إليه في الصوم ، فلما توفي صلى الله عليه وسلم قبل بيان ذلك كان الاحتياط صوم اليومين

                “Berkata sebagian ulama: Sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Shahih Muslim: Jika aku masih hidup sampai tahun depan maka aku akan berpuasa pada hari ke -9” bermakna dua hal; Pertama, yaitu perubahan dari hari ke-10 menjadi ke-9. Kedua, yaitu puasanya ditambahkan, ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keburu meninggal sebelum menjelaskan hal itu, maka demi kehati-hatian puasa tersebut ada dua hari.” (Ibid)

                Berkata Ibnu Abbas secara mauquf:
صوموا التاسع والعاشر وخالفوا اليهود

                “Berpuasalah pada hari ke 9 dan 10 dan berselisihlah dengan Yahudi.” (HR. Ahmad No. 3213, sanadnya shahih mauquf/sampai Ibnu Abbas saja)

3.       Pihak yang mengatakan puasa ‘Asyura itu adalah 9, 10, dan 11 Muharam.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menulis dalam kitab Fiqhus Sunnah sebuah sub bab berjudul :

صيام محرم، وتأكيد صوم عاشوراء ويوما قبلها، ويوما بعدها
                “Puasa Muharam dan ditekankan puasa ‘Asyura, dan Puasa sehari sebelumnya, serta sehari sesudahnya.” (Fiqhus Sunnah, 1/450. Darul Kitab ‘Arabi)

                Sama dengan kelompok kedua, hal ini demi kehati-hatian agar tidak menyerupai puasa Yahudi yang mereka lakukan pada hari ke-10, sebagai perayaan mereka atas bebasnya Nabi Musa ‘Alaihissalam dan bani Israel dari kejaran musuhnya.

                Dalilnya adalah dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Ahuma secara marfu’:

صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود ، صوموا يوما قبله أو يوما بعده
                “Puasalah pada hari ‘Asyura dan berselisihlah dengan Yahudi, dan berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.” (HR. Ahmad No. 2154, namun Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan sanadnya dhaif)
                Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah –setelah merangkum semua dalil yang ada:

وعلى هذا فصيام عاشوراء على ثلاث مراتب : أدناها أن يصام وحده ، وفوقه أن يصام التاسع معه ، وفوقه أن يصام التاسع والحادي عشر والله أعلم .
                “Oleh karena itu, puasa ‘Asyura terdiri atas tiga tingkatan: 1. Paling rendah yakni berpuasa sehari saja (tanggal 10). 2. Puasa hari ke-9 dan ke-10. 3.  Paling tinggi   puasa hari ke-9, 10, dan ke-11. Wallahu A’lam” (Ibid. lihat juga Fiqhus Sunnah, 1/450)

                Wallahu A’lam

Menjadi Pribadi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu memerlukan interaksi dan komunikasi satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu memerlukan orang lain dan oleh karena itu harus berhubungan dengan banyak kalangan. Hubungan sosial merupakan salah satu ciri keutuhan dan kesehatan jiwa manusia. Hanya orang yang jiwanya sakit yang suka mengurung diri dari pergaulan dan tidak mau berhubungan dengan orang lain.



Manusia sehat selalu melakukan kontak sosial dimanapun ia berada. Di rumah ia bergaul dan berkomunikasi dengan semua anggota keluarga. Di lokasi tempat tinggalnya, ia bergaul dan berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar, selanjutnya ia berkontribusi dengan berbagai potensi yang dimiliki untuk kebaikan masyarakat. Di tempat kerja, ia bersosialisasi dengan teman-teman kerja dan masyarakat di lingkungan pekerjaan. Di organisasi, ia berkomunikasi dan berinteraksi dengan anggota serta pengurus organisasi.

Agar bisa sukses dalam menjalin hubungan sosial, diperlukan kepribadian sosial yang melekat dalam jiwa, dan akan memancar dalam perbuatan keseharian. Pribadi sosial ini yang membuat seseorang mampu bergaul dengan lancar dan tidak canggung, serta bisa sukses dalam mengelola berbagai hubungan sosial.
Untuk memunculkan kepribadian sosial ini, diperlukan beberapa sarana. Di antaranya adalah memiliki pemahaman tentang budaya masyarakat, kemampuan beradaptasi dengan masyarakat, serta memiliki kemampuan praktis.

Memahami Budaya Masyarakat
Kenali kebiasaan masyarakat dimana anda tinggal. Tradisi masyarakat di setiap tempat berbeda-beda. Bentukan kebiasaan dalam waktu yang lama telah melahirkan sikap dan perilaku khas di setiap tempat. Budaya masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat desa dan pedalaman. Budaya masyarakat pedagang berbeda dengan masyarakat agraris. Budaya masyarakat di kompleks perumahan berbeda dengan masyarakat kampung, dan begitu seterusnya.

Seseorang yang lama tinggal di kota, bisa terkejut saat ia pindah tempat tinggal di wilayah desa. Ada sangat banyak perbedaan budaya kota dan desa, yang apabila tidak dipahami akan membuat orang tersebut gagal menjadi masyarakat desa, dan tidak bisa diterima oleh lingkungan sekitarnya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang tumbuh besar di desa, bisa terkaget-kaget melihat kebiasaan masyarakat kota yang saling tidak mengenal satu dengan lainnya di suatu lingkungan.

Di kampung tempat saya tinggal, kami semua saling mengenal satu dengan lainnya, dan mengerti rumah setiap warga. Jika ada berita kematian, cepat tersebar ke berbagai kampung lainnya melalu pengeras suara masjid. Pertama kali saya menempati rumah di kampung ini, saya juga mengalami kekagetan. Sebab sebelumnya saya selalu tinggal di wilayah yang bercorak perkotaan, dimana masyarakatnya saling asing. Di kampung, semua orang mengerti kegiatan warga lainnya.

Jika tidak memahami budaya kampung, saya akan menjadi orang kota yang tinggal di perkampungan sehingga akan tampak aneh dan asing di masyarakat. Memahami budaya masyarakat tempat kita tinggal menjadi sebuah keharusan agar bisa berhubungan sosial secara wajar dan bahkan memberikan kemanfaatan bagi lingkungan sekitar.

Mampu Beradaptasi dengan Masyarakat
Setelah memahami budaya masyarakat, hal berikutnya yang harus kita miliki adalah kemampuan beradaptasi dengan masyarakat. Adaptasi ini kadang cepat, kadang berjalan lambat dan bahkan amat lambat. Perbedaan budaya yang sangat kental menyebabkan adaptasi berjalan lambat, terlalu banyak penyesuaian harus dilakukan. Namun adaptasi adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh manusia, sehingga kendati kadang terasa sulit dan rumit, namun tetap bisa dilakukan dengan pembiasaan dan pembelajaran.

Tentu saja adaptasi tidak bermakna melebur secara keseluruhan, karena tetap saja ada warna diri yang tidak bisa larut secara utuh dalam budaya masyarakat. Masing-masing diri manusia adalah unik, dan membawa jati diri yang harus dihormati oleh orang lain. Pada contoh sebuah masyarakat yang banyak meluangkan waktu untuk berkumpul dan ngerumpi serta menggunjingkan orang lain, tentu saja tidak perlu diikuti dan tidak perlu meleburkan diri dalam kebiasaan seperti itu.

Demikian pula tatkala ada masyarakat yang mentradisikan perjudian, adaptasi yang kita lakukan tidak perlu harus mengikuti dan meleburkan diri dalam keramaian judi yang mereka kembangkan. Adaptasi hanyalah dalam budaya positif dan produktif, serta berbagai aktivitas yang menjadi kewajaran sebuah masyarakat.
Sebagai contoh, kegiatan yang berkembang di masyarakat adalah ronda, pertemuan warga, pertemuan dasa wisma, pertemuan PKK, kegiatan Posyandu, kegiatan kerohanian atau keagamaan, membantu kerepotan warga yang sedang memiliki hajat, dan lain sebagainya. Jika tinggal di masyarakat yang memiliki aktivitas ronda secara rutin, kita tidak boleh menolak untuk melaksanakan, walaupun sebelumnya tinggal di wilayah yang tidak ada ronda sama sekali karena telah dijaga Satpam.

Di kampung saya, kebersamaan warga sangat tinggi. Sering ada kerja bakti membersihkan jalan, membersihkan selokan, memperbaiki atap masjid yang bocor, dan lain sebagainya. Tingkat kehadiran masyarakat cukup tinggi, sehingga akan kelihatan apabila ada warga yang jarang terlibat kegiatan kemasyarakatan.

Memiliki Ketrampilan Sosial
Berikutnya, diperlukan sejumlah ketrampilan sosial praktis untuk bisa berhubungan secara produktif di tengah masyarakat. Ada banyak orang yang ingin berhubungan sosial dengan baik, namun terkendala oleh karena tidak memiliki ketrampilan praktis untuk berkomunikasi dan berinteraksi di tengah pergaulan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan ketrampilan praktis untuk mampu mewujudkan pergaulan yang menyenangkan dan memikat hati masyarakat.

Di antara ketrampilan sosial yang diperlukan adalah :
Pertama, Kemampuan Bergaul
Sekedar bergaul dan berhubungan dengan masyarakat, memerlukan ketrampilan yang memadai agar mudah diterima dan mudah dicintai oleh lingkungan sekitar. Sesungguhnya bukan hal yang rumit dan sulit, namun memerlukan kesediaan dan keterbukaan hati untuk melakukannya.
Kemampuan bergaul di tengah masyarakat bisa dibangun dengan sikap-sikap dan perilaku positif, seperti murah senyum, sikap ramah dan sopan, suka memberi hadiah, gemar silaturahim, bersedia membantu meringankan kerepotan dan kesulitan tetangga, rajin terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, dan lain sebagainya.

Senyum adalah perbuatan yang ringan dan mudah, namun kalau tidak dibiasakan, ternyata tidak mudah untuk dilakukan. Banyak orang yang tampak cuek dan acuh, bahkan terkesan sangar karena jarang tersenyum. Padahal senyum itu menyenangkan orang lain, menenteramkan siapapun yang melihatnya. Senyum juga menyehatkan ruhani.

Masyarakat sangat senang dengan orang yang murah senyum lagi ramah. Menyapa tetangga, menyapa warga yang ditemui di jalan atau di depan rumah saat kita melewatinya, merupakan tindakan keramahan dan kesantunan yang menyenangkan. Membuka kaca jendela mobil sambil melambaikan tangan dan tersenyum kepada tetangga, adalah sikap keramahan dan kesantunan yang membuat perasaan nyaman. Itu semuanya sesungguhnya mudah dilakukan.

Kedua, Kemampuan Berdialog dan Mengobrol
Berdialog atau mengobrol juga memerlukan kemampuan tersendiri. Jika tidak memiliki ketrampilan mengobrol, bisa jadi akan menjadi patung yang diam membisu di tengah keramaian warga. Saat bertemu tetangga atau warga masyarakat hanya bisa mengucapkan salam, dan tidak ada perbincangan apapun setelahnya. Sepi dan sunyi, tidak ada diskusi atau obrolan.

Kemampuan dialog dan mengobrol, pertama kali harus dibangun melalui tindakan mendengarkan dengan baik pembicaraan orang lain. Setelah itu, kita berusaha untuk menyampaikan ide dan pikiran dengan bahasa yang sederhana yang sesuai dengan tingkat intelektualitas dan suasana budaya masyarakat. Menggunakan cerita sebagai bahan obrolan juga akan sangat membantu untuk mencairkan suasana, misalnya bercerita tentang kejadian sehari-hari yang tengah hangat di masyarakat.

Berikutnya, kita harus berusaha menghindari hal-hal yang bisa merusak suasana komunikasi. Di antara usaha yang bisa kita lakukan adalah menjauhi tema-tema yang kurang diterima oleh masyarakat, menjauhi sikap emosional, menghindari menghina dan merendahkan orang lain, dan lain sebagainya. Termasuk menjauhi perdebatan yang sengit dan menghindari sikap mau menang sendiri dalam diskusi, semua itu merupakan bekal yang sangat bagus dalam komunikasi di tengah masyarakat.

nDalem Mertosanan, Yogyakarta, 3 Desember 2011
Sumber : http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1942

Kamis, 17 November 2011

Pemimpin Ketinggalan Bus

Oleh: Cahyadi Takariawan*

Sebuah bus yang penuh berisi penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun. Di belakang bus tampak ada lelaki yang mengejar bus dengan berlarian. Tampak wajahnya tegang dan berusaha sekuat tenaga mencapai bus yang kian kencang.

Seorang penumpang mengeluarkan kepala keluar jendela bus dan berkata kepada lelaki yang mengejar, “Hai kawan! Sudahlah kamu tak mungkin bisa mengejar bus ini!”

Lelaki tersebut menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .”

Dengan nafas tersengal-sengal dia berteriak, “Saya adalah pengemudi bus ini!”

*******

Menjadi pemimpin bukanlah pekerjaan mudah. Salah satu tugas pemimpin adalah memberi arahan atau direction kepada semua pihak yang menjadi tanggung jawabnya. Ia harus bisa mengarahkan semua potensi agar bekerja secara optimal guna mencapai tujuan organisasi.

Mengarahkan adalah soal ilmu dan seni. Tentu ada ilmu yang bisa dipelajari, bagaimana cara memberi arahan. Bagaimana cara memberikan kejelasan direction yang mudah dimengerti dan dilaksanakan semua anggota. Namun mengarahkan juga memiliki seni tersendiri.

Menebar Racun Persepsi

Suatu saat seorang pemimpin organisasi memberikan arahan dengan berapi-api. Ia bercerita tentang visi dan misi organisasi. Ia mengarahkan agar semua anggota bekerja dan berjuang untuk mencapai visi dan misi organisasi di tengah kompetisi yang semakin berat. Ia bercerita tentang rival atau musuh organisasi, yang bisa menghancurkan keutuhan organisasi. Ia bercerita tentang strategi memenangkan kompetisi di tengah rivalitas berbagai organisasi.

Sang pemimpin mampu membangkitkan semangat dan motivasi kepada semua anggota. Arahan yang disampaikannya benar-benar membakar semangat para anggota. Mereka semua terbangkitkan jati dirinya sampai ke level emosi. “Kita harus bangkit !” kata sang pemimpin yang disambut dengan teriakan dan yel-yel yang kompak.

Berkali-kali dalam kesempatan yang berlainan sang pemimpin kharismatik ini menyampaikan arahan serupa. Ia selalu mampu membangkitkan gairah yang menyala kepada semua anggota untuk setia dan membela visi organisasi, bahkan semua cara harus dilakukan dalam rangka memenangkan kompetisi. Kalau perlu harus menyerang dan mematikan rival, agar semakin menguatkan eksistensi organisasi.

Apalagi dibumbui dengan cerita-cerita yang membangkitkan emosi. Bahwa ada musuh yang telah bekerja siang dan malam untuk menghancurkan organisasi. Bahwa ada konspirasi yang sangat berbahaya dan telah efektif bekerja menggerogoti organisasi. Bahwa ada sejumlah operasi musuh yang sedang berjalan untuk mematikan organisasi. Para anggota menyimpan kemarahan yang mendalam terhadap musuh-musuh yang sedemikian memuakkan.

“Lawan !” kata para anggota serempak.

“Hancurkan !” kata semua anggota dengan kompak.

Semenjak proses “pembakaran” emosi berlangsung, temperamen para anggota mulai menampakkan perubahan. Mereka berubah menjadi beringas saat bertemu anggota organisasi lain yang masuk kategori musuh. Emosi mereka mudah memuncak hanya karena melihat organisasi rival sedang melakukan kegiatan yang telah terprogramkan.

Inilah racun persepsi itu. Sebuah racun yang sangat ganas dan merubah temperamen serta perilaku. Bermula dari persepsi, akhirnya meracuni watak dan perbuatan.

Jahatnya Racun Persepsi

Teori konspirasi telah merasuk sampai tulang sumsum para anggota. Teori permusuhan telah masuk menjadi aliran darah dan ritme nafas semua anggota. Setiap melihat aktivitas organisasi yang menjadi rival, pikiran mereka selalu menyimpukan, “Mereka sedang berusaha menghancurkan organisasi kita”.

Setiap ada tokoh organisasi rival yang muncul di media memberikan pernyataan, selalu dikaitkan dengan strategi penghancuran dan permusuhan. “Modus apa lagi yang dia lakukan untuk merusakkan organisasi kita?”

Tidak ada yang benar, semua aktivitas dan pernyataan dari organisasi rival selalu dinilai negatif dan salah. Semua masuk dalam kerangka teori yang telah terbangun kokoh di benak mereka, bahwa organisasi rival selalu bekerja siang dan malam, tanpa kenal lelah, mengeluarkan berbagai daya dan upaya untuk menghancurkan organisasi mereka. Pikiran mereka dipenuhi curiga dan kewaspadaan yang berlebihan.

Hingga akhirnya terjadilah peristiwa itu. Ada sedikit salah paham saat organisasi rival melakukan aktivitas rutin.

“Mengapa anda beraktivitas di sini? Bukankan anda tahu ini wilayah kekuasaan kami ? Anda ingin merusak organisasi kami ya?” tanya mereka.

Para rival sangat terkejut. Mereka hanya berkegiatan rutin, mereka telah memiliki program yang juga sudah berjalan selama ini tanpa ada masalah. Tiba-tiba program yang sudah rutin berjalan itu dipermasalahkan.

“Kami hanya menjalankan program rutin organisasi kami”, jawab sang rival.

“Bohong, selama ini anda bekerja sistemis merusak organisasi kami. Anda selalu memusuhi kami!” mereka tambah beringas.

Sang rival bertambah heran dan bingung. Tidak ada niat untuk melakukan perusakan atau penghancuran organisasi. Itu hanya kegiatan rutin yang selama ini juga sudah berjalan. Bagaimana bisa dituduh melakukan perusakan sistemis ?

Pertikaian tidak bisa dihindarkan. Setiap kali bertemu rival, selalu terjadi perbenturan fisik. Korban mulai berjatuhan, semakin lama semakin banyak. Dari kedua belah pihak. Racun persepsi telah menjalar dan menguasai hati, pemikiran dan perilaku anggota organisasi. Yang ada dalam benak mereka hanyalah mencegah lawan bekerja, agar tidak menghancurkan organisasi. Lawan, hancurkan ! Itu semboyan setiap bertemu rival.

Semakin lama permusuhan kian mengkristal. Konflik horisontal merebak dimana-mana. Para anggota tidak bisa lagi berpikir rasional dan proporsional. Semua berlaku emosional. Perilaku bakar membakar, perilaku saling melempar, akhirnya menjadi kian liar dan tidak bisa dikendalikan.

Sang pemimpin menyadari bahwa arahannya telah menjadi pemicu kerusuhan massal. Ia berusaha mengingatkan dan mengendalikan para anggota. Namun tidak bisa. Perilaku anggota yang emosional semakin kokoh terbangun akibat benturan praktis di lapangan. Emosi kian memuncak.

Gerakan para anggota yang emosi kian kencang. Seperti bus yang bergerak kian kencang pada jalan menurun. Seseorang berusaha sekuat tenaga mengejar bus yang berjalan kencang tersebut. Sia-sia. Bahkan seorang penumpang menasihati, “Hai kawan! Sudahlah kamu tak mungkin bisa mengejar bus ini!”

Lelaki tersebut menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .”

Dengan nafas tersengal-sengal dia berteriak, “Saya adalah pengemudi bus ini!”

Awalnya Adalah Ilmu dan Kepahaman

Sebagai pemimpin, anda harus memberikan arahan untuk menumbuhkan kepahaman yang mendalam. Bukan arahan untuk membangkitkan emosi serta kemarahan anggota. Apabila para anggota bergerak berdasarkan ilmu, pengetahuan dan kepahaman, akan muncul pergerakan yang cerdas, smart, serta membuahkan hasil yang optimal seperti harapan.

Ada perbedaan yang mencolok antara ilmu dengan emosi. Ilmu cenderung memerlukan proses yang runtut dan bertahap. Seperti logika sekolah, dari TK hingga ke Perguruan Tinggi. Seseorang tidak bisa sekolah di SMA apabila tidak pernah melalui sekolah dulu di SD. Hal ini karena pertumbuhan ilmu memerlukan proses yang bertahap.

Sedangkan emosi bercorak sesaat. Ia mudah diledakkan kapan saja, tanpa proses yang bertahap. Orang bisa dicetak dengan cepat untuk menjadi beringas dan penuh kebencian. Tanamkan saja racun persepsi, bangun saja teori konspirasi, maka para anggota akan terjebak dan terpenjara dalam racun persepsi yang sangat mematikan ini. Yang akan muncul hanyalah emosi.

Maka selalu tanamkan ilmu, pengetahuan dan pemahaman yang benar kepada para anggota organisasi. Jangan hanya meledakkan emosi mereka dengan berbagai cerita yang didramatisir untuk mendapatkan pembenaran. Bergerak berdasarkan ilmu berbeda dengan bergerak karena emosi. Bangsa kita sudah cukup sakit, jangan diperparah dengan tindakan yang membuat suasana permusuhan dan pertikaian berkepanjangan antara sesama anak bangsa.

Pemimpin Harus Bertanggung Jawab

Sebagai pemimpin, anda harus bertanggung jawab atas ledakan emosi para anggota. Bukankah itu dampak dari arahan yang anda berikan ?

“Saya tidak pernah memerintahkan anggota saya melakukan perusakan”, jawab sang pemimpin.

“Saya tidak pernah menyuruh anggota untuk bertindak brutal”.

“Saya tidak bisa mengendalikan anggota saya. Mereka sedang marah karena perbuatan musuh”.

Benarkah mereka marah dan emosi karena perbuatan musuh ? Tapi, siapa yang menciptakan musuh dalam benak mereka ? Siapa yang menyiapkan kerangka teori tentang konspirasi musuh sehingga mereka yakini ?

Pemimpin harus bertanggung jawab atas tindakan anggotanya. Tidak bisa berlepas diri dari tanggung jawab, dan melempar kesalahan begitu saja kepada pihak yang dianggap musuh.

Jangan menjadi pemimpin yang ketinggalan bus. Padahal harusnya anda yang menjadi sopir bus itu, nyatanya bus berjalan sendiri di jalan menurun. Anda mengejar dengan susah payah karena merasa bertanggung jawab untuk mengendarai bus. Ternyata bus bergerak kian cepat dan anda semakin payah untuk mengejarnya.

Bahkan seorang penumpang menasihati anda, “Hai kawan! Sudahlah kamu tak mungkin bisa mengejar bus ini!”

Anda menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .”

Dengan nafas tersengal-sengal anda akhirnya berteriak, “Saya adalah pengemudi bus ini!”


*)http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1870#more-1870

Minggu, 13 November 2011

Pemuda, Kurban, dan Pahlawan


H Nur Mahmudi Isma’il
Wali Kota Depok

Bulan November tahun ini cukup menggelitik nurani kebangsaan kita. Kebetulan Hari Raya Kurban yang jatuh 6 November yang lalu terasa spesial karena diapit dengan dua momen nasional negeri ini, Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November yang kita peringati hari ini.

Dan, bila ditarik lebih jauh lagi, ribuan tahun silam, tentang histori ibadah kurban, kita pasti juga bicara tentang sesosok pemuda dan kepahlawanannya, yaitu Nabi Ibrahim AS. Ada tiga pelajaran penting yang patut kita renungi dalam fragmen waktu tersebut, yaitu tentang pemuda, pengorbanan, dan kepahlawanan.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 jelas jadi panggung sejarah pemuda di negeri pertiwi ini dalam mendobrak kebuntuan kita saat menghadapi penjajah. Begitu pula proklamasi 17 Agustus 1945 dan terlebih lagi perlawanan heroik arek Suroboyo pada 10 November 1945, yang kini kita rayakan sebagai Hari Pahlawan.

Keteladanan Ibrahim
Dalam peristiwa-peristiwa tersebut, pemuda dan kepahlawanan senantiasa berjalan berbarengan, saling mendukung, saling melengkapi. Bahkan, menyatu laiknya senyawa baru, seperti profil pemuda Ibrahim dan jiwa kepahlawanannya yang begitu kental.

Ibrahim muda terkenal sebagai sosok vokal dan pemberani. Betapa tidak, sendirian ia saat itu mendobrak kebodohan umat yang menyembah berhala dan diperbudak oleh tiran bernama Namrud. Ibrahim muda dengan lantang berkata kepada ayahnya yang bernama Azar, seorang pematung kerajaan Namrud, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya, aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS al-An’am [6] : 74).

Singkat cerita, Ibrahim muda harus menerima hukuman akibat keberaniannya menyampaikan kebenaran dan risalah kenabiannya dengan menghancurkan berhala-berhala berupa dibakar hidup-hidup di depan umum. Akan tetapi, dengan kuasa Allah SWT, api itu tidak sanggup membakar hangus Ibrahim. Ia pun selamat.
Sekian tahun berlalu kemudian. Di kala itu, Nabi Ibrahim AS kembali diuji keimanannya dengan adanya perintah Allah SWT melalui mimpi untuk menyembelih anak yang telah sekian lama dinantinya, yaitu Isma’il AS , putra kesayangan dari Ibunda Hajar.

Dengan gundah gulana, Ibrahim menyampaikan perihal mimpinya kepada sang anak. “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi diperintahkan Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dan, Isma’il menjawab, “Wahai Ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.” (QS As-Shaffaat [37]: 102).
Dan, dengan semangat pengorbanan kepada Allah SWT, Ibrahim pun menunaikan perintah dengan menyembelih putra kesayangannya, Isma’il. Dengan kuasa-Nya, Allah SWT mengganti ibadah Qurban Ibrahim dengan seekor domba besar. Isma’il pun tidak jadi disembelih karena sang Maha Kuasa sudah mendapatkan ketaqwaan Ibrahim atas perintah-Nya berupa pengorbanan.

Dua fragmen kehidupan Ibrahim AS itu sungguh menggambarkan betapa sosok jiwa pemuda dan kepahlawanan memiliki akar yang sama: pengorbanan. Sosok pemuda dengan jiwa mudanya, identik dengan sosok pemberani yang selalu siap berkorban apa saja untuk sesuatu yang diperjuangkannya. Sedangkan kepahlawanan selalu mensyaratkan pengorbanan sebagai bahan bakarnya.

Dalam panggung sejarah manusia pun sudah tergambar, betapa pemuda dan kepahlawanan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Betapa banyak pemuda yang berhasil mewujudkan pengorbanannya kepada bangsa dan umat dan ia pun layak bergelar pahlawan, termasuk di Indonesia.

Kita menganugrahi para pejuang kemerdekaan yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya dengan sebutan pahlawan kemerdekaan dan tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam pembentukan negara-bangsa dengan sebutan pahlawan nasional. Kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada orang banyak.

Seorang pahlawan tidak hidup hanya untuk diri sendiri, keluarga, atau kelompoknya. Ia selalu dikenal sebagai orang yang mengabdikan hidupnya itu dengan membuat karya-karya besar bagi kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Termasuk salah satunya mereka yang secara ikhlas melaksanakan ibadah kurban, penuh dengan ketulusan dan keikhlasan, mempersembahkan karya terbaik tanpa pamrih sedikit pun. Oleh karena itu, pengorbanan adalah kata kunci dari kepahlawanan.

Panglima Besar Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh penting yang pernah dimiliki negeri ini. Beliau pejuang dan pemimpin teladan bangsa. Pribadinya teguh pada prinsip, visioner, dan selalu mengedepankan kepentingan rakyat dan bangsa di atas kepentingan dirinya. Dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman tetap mengatur strategi perang dan memimpin semua kesatuan pejuang untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan yang akhirnya membuahkan kemerdekaan.

Tentunya, semangat pengorbanan ini tidaklah berdiri sendiri dalam mewujudkan kepahlawanan. Pengorbanan paling tidak diikuti oleh keberanian dan kesabaran. Cobalah menelusuri sejarah orang-orang besar, maka akan kita jumpai mereka banyak hadir di tengah-tengah krisis dan situasi-situasi sulit. Mereka ditakdirkan memikul beban-beban berat, menjalankan peran-peran sulit yang sedikit sekali orang pada waktu itu yang berani mengambilnya. Di situlah mereka tampil ke panggung sejarah dengan keberanian yang luar biasa dan pengorbanan yang luar biasa pula.

Selain itu, juga diimbangi dengan kapasitas diri yang memadai. Diperlukan napas panjang perjuangan berupa kesabaran. Kesabaranlah yang membuat seorang pahlawan mampu menyelesaikan tugasnya. Berjuang pantang menyerah, bersabar dalam menahan beban dan siksaan, serta tetap teguh ketika godaan duniawi yang mengiming-imingi untuk merusak rencana suci bangsa ini. Kita juga jumpai kesabaran ini mendominasi kisah kepahlawanan.

Kekuatan moral
Jika energi spiritual itu telah melekat dan mendarah daging dalam kehidupan kita, maka kita yang hidup di era kemerdekaan ini mampu melawan seluruh sikap negatif, seperti kerusakan moral akibat terpaan badai materialisme, kecintaan berlebihan pada materi, dan mengabaikan nilai-nilai moral. Sekarang juga kita memerlukan kekuatan moral untuk menyembuhkan bangsa dari patologi (penyakit) sosial.

Sekarang ini kita membutuhkan energi spiritual untuk memperbaiki nasib bangsa yang masih terpuruk, terbelakang, dan terjerat belenggu krisis. Kita sangat membutuhkan orang-orang reformis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kepahlawanan hingga dapat menyejahterahkan warga bangsa.

Sudah bukan saatnya kini kita sesama warga bangsa untuk sama-sama terlena, terjebak dalam perpecahan antarsesama warga bangsa. Saatnya kini kita harus mampu mengokohkan semangat persatuan dan kebersamaan dalam menggali potensi besar yang dimiliki bangsa ini. Dan, inilah spirit yang telah ditunjukkan oleh para pahlawan negeri ini.

Cita-cita luhur yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 harus dijadikan pijakan kita bersama, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semoga dengan semangat, tekad sumpah pemuda dan keikhlasan para warga bangsa yang telah melaksanakan ibadah kurban menjadi bahan bakar utama untuk tetap menjaga spirit dan nilai-nilai kepahlawanan negeri yang kita cintai ini, amin. Selamat Hari Pahlawan, negeriku….

Sumber : http://koran.republika.co.id/koran/24

Siapakah Mereka #100pahlawantarbiyah? Jawabannya Ada Di Kultwit @AyoTarbiyah

 
Hari ini hari Pahlawan. Izinkan kami mentwit #100pahlawan yang ada di disekitar kita. Sila menikmati….


100. Pahlawan itu orang yang menjaga dan membersihkan masjid shg bisa ditempati sholat jutaan manusia di jutaan masjid #100pahlawan

99. Pahlawan itu seorang yang membersihkan jalan raya dengan sapu lidi di subuh hari hingga jalan raya beraspal bersih dan rapi #100pahlawan

98. Ibu bidan yang betugas di pelosok pulau yang sadarkan warga desa untuk hidup sehat dan bantu kelahiran bayi dg sehat #100pahlawan

97. Petugas penjaga perlintasan kereta api yang tanpa disertai palang pintu, membantu ribuan kendaraan selamat dari Kereta #100pahlawan

96. orang yang tiap pagi memungut sampah di kampung-kampung hingga bak sampah di kampung kita kosong tiap ganti hari>> #100pahlawan

95. pemuda yang rela membersihkan jalanan ibu kota dari paku-paku yg bersebaran di jalan raya yg bisa bahayakan jutaan orang>>#100pahlawan

94. Petugas pengatur lalu lintas di sudut-sudut perempatan dan perlintasan jalan, tapi mereka bukan aparat kepolisian >> #100pahlawan

93. Pelajar yang mengharumkan nama sekolah, daerah dan negara dalam lomba-lomba internasional bernuansa pendidikan #100pahlawan

92. Orang tua yang masih menyekolahkan anaknya hingga lulus SMA, walaupun dia hrs menjadi pengayuh becak di jalanan ibu kota >> #100pahlawan

91. Mahasiswa gemar ke masjid yang rajin turun ke jalan menumbangkan rezim orba tapi mereka tak tertulis di tinta sejarah. >> #100pahlawan

90. Anggota DPR/DPRD yang tidak mau menerima suap atau riswah atau gratifikasi dan mengembalikannya ke KPK selama 1999-2009 >> #100pahlawan

89. Para profesional muda yang sibuk tapi masih sempat mengisi tarbiyah anak-anak SMA di kotanya >> #100pahlawan

88. Mahasiswa tingkat akhir yang masih sempat mengisi pengajian untuk adik-adik pelajar di sela-sela kesibukannya >> #100pahlawan

87. Aktivis yang peduli terhadap pendangkalan aqidah dan akhlaq bagi remaja di daerah-daerah di Indonesia >> #100pahlawan

86. ibu shalihah yang rela membimbing ibu-ibu di kampungnya untuk belajar membaca Al Qur’an tiap pekan >> #100pahlawan
 
85. Seorang pelajar yang tidak hanya sekolah pulang sekolah pulang, tap dia terus memberbaiki akhlaq teman2nya >> #100pahlawantarbiyah

84. Petani yang bertani di sawah tapi dia juga rajin mengajak kelompok tani untuk rajin ke masjid di dusunnya >>#100pahlawantarbiyah

83. Nelayan yang pergi 3 bulan mencari ikan di lautan lepas , tapi tak lupa sholat di kapal perahunya setiap hari >>#100pahlawantarbiyah

82. Pegawai bank yang tidak mau menerima dana riba karena keteguhan prinsipnya >> #100pahlawantarbiyah

81. Orang tidak mau uang belanjanya habis untuk membeli rokok karena merokok itu membahayakan diri dan keluarganya #100pahlawantarbiyah

80. anak muda yang akun twitternya mayoritas berisi kebaikan, taujih dan taushiyah kpd semua orang, dakwah bil twitter #100pahlawantarbiyah

79. ibu-ibu perempuan karier yang pulang kerja masih sempat untuk hadir pertemuan tarbiyah dan dakwah setiap pekan >>#100pahlawantarbiyah

78. Ayahanda yang selalu mengajari anak-anaknya untuk rajiin sholat subuh di masjid sejak dini >> #100pahlawantarbiyah

77. orang tua yang mendidik anaknya untuk tidak berpacaran saat remaja dan dewasa untuk menahan diri dan kehormatan >>#100pahlawantarbiyah

76. ibunda yang selalu memberi asupan ASI kepada jundinya, walau dia sibuk dakwah dan bekerja >> #100pahlawantarbiyah

75. ayahanda yang dekat sama anak-anaknya hingga anaknya menemukan jati diri dan berakhlaq mulia #100pahlawantarbiyah

74. Orang tua yang selektif menyekolahkan anaknya yang bisa mendidik nya menjadi anak tarbiyah >> #100pahlawantarbiyah

73. Ayahanda yang setiap hari berkeringat untuk membawa nafkah yang halal untuk istri dan anak-anaknya >> #100pahlawantarbiyah

72. ibunda yang sedang hamil tapi masih gigih masuk keluar kampung untuk mentarbiyah ibu-ibu di RT/RW nya >> #100pahlawantarbiyah

71. Ayahanda yang mengajak anaknya yang masih kecil untuk turut bersama saat dia aktif dakwah dan kerja sosial >> #100pahlawantarbiyah

70. Para guru TPA di kampung-kampung, di mushola-masjid kampung yang tiap hari ngajar anak2 mengaji >> #100pahlawantarbiyah

69. Pemuda yang berjaga di pos penanggulangan bencana menjaga pengungsi korban bencana tidur >> #100pahlawantarbiyah

68. Dokter Baru lulus kuliah , yang rela ditugaskan di Pelosok desa, bukan hanya karena PTT, tp krn misi dakwah >> #100pahlawantarbiyah

67. Perempuan shalihah yg rela resign dari kantornya, krn jilbab yg dikenakan tak bisa dipakai dg bebas di kantornya. #100pahlawantarbiyah

66. Ibunda yang rela dikeluarkan dari sekolah negeri, di era 80an, karena berjilbab. Dan kini jilbab bisa berkibar >> #100pahlawantarbiyah

65. Pelajar yang dipanggil kepala sekolah karena tidak mau ikut ekstrakurikuler , karena kostumnya tdk tutup auratnya #100pahlawantarbiyah

64. Aktivis Mahasiswi yang tidak mau dibonceng teman kuliah yg laki2, saat perjalanan KKN di desa krn prinsip tarbiyah #100pahlawantarbiyah

63. Aktivis buruh yang terus berjuang membela rekan kerjanya agar bisa sholat jumat saat di pabrik/kantor >> #100pahlawantarbiyah
 
62. Aktivis pendamping/penyuluh pertanian yang didik petani untuk bertani profesional, juga akhlaq dan aqidah >> #100pahlawantarbiyah

61. Profesional yg keahlian IT nya dimanfaatkan utk berdakwah, menerangi umat di dunia maya, memblock situs buruk >> #100pahlawantarbiyah

60. Seorang pemuda shalih yang memilih jodohnya, tidak karena harta dan dunia, tapi krn dakwah dan agamanya >> #100pahlawantarbiyah

59. Anggota DPRD yang tidak disukai temannya karena tidak mau menerima amplop tak jelas >> #100pahlawantarbiyah

58. Pegawai Negeri, baru masuk, yg tidak disukai temannya karena tdk mau diajak ke tempat2 yang buruk di malam hari >> #100pahlawantarbiyah

57. Pejabat publik yang tegas dan santun dalam bersikap, tapi dekat dan bersahabat dengan rakyatnya >> #100pahlawantarbiyah

56. Pedagang yang tdk mengurangi timbangan dan suka memberi infaq kepada yang membutuhkan >> #100pahlawantarbiyah

55. Pebisnis kontraktor yang tidak menyuap dan tidak me-mark-up anggaran proyek, demi keuntungan pribadinya.. >> #100pahlawantarbiyah

54. Pejabat publik yang sibuk bekerja tapi tak lupa mengisi pengajian di kampung-kampung >> #100pahlawantarbiyah

53. Mubaligh yang waktunya habis untuk bertemu dan melayani umat, dari surau, mushola, masjid hingga perkantoran >> #100pahlawantarbiyah

52. Orang yang bertugas menjadi pengurus jenazah di mushola, masjid dan pemakaman >> #100pahlawantarbiyah

51. orang yang bertugas menjadi sopir ambulans yang akan mengangkut pasien sakit atau orang yang wafat. #100pahlawantarbiyah

Alhamdulillah 50 dari #pahlawantarbiyah sudah terposting. Semoga kita bisa mengambil ibrah dari 50 karakter diatas… #100pahlawantarbiyah

50. Grup nasyid yang syair nya bisa memotivasi orang untuk dekat kepada Allah, giat dakwah dan berbuat baik >> #100pahlawantarbiyah

49. Penulis novel, cerpen, dongeng, dan sastrawan umumnya yang karta sastranya bisa menggairahkan hidup utk dakwah #100pahlawantarbiyah

48. Lekaki shalih yang berupaya keras untuk tidak khalwat dengan perempuan di tempat-tempat umum krn Allah semata. #100pahlawantarbiyah

47. Dosen yang tidak hanya mengajar mata kuliah, tapi juga mentarbiyah sebagian mahasiswanya hingga jadi orang besar >> #100pahlawantarbiyah

46. Guru yang tak hanya mengajar di kelas, tapi juga mendidik siswa untuk jadi pemuda pengemban risalah kebaikan >> #100pahlawantarbiyah

45. Profesional muda yang bekerja profesional dan juga memakmurkan masjid di perkantorannya untuk kebaikan semua >>#100pahlawantarbiyah

44. Pengusaha yang mampu menyediakan lapangan kerja untuk menyantuni keluarga para pengemban risalah kebaikan >> #100pahlawantarbiyah

43. aktivis remaja yang giat berkampanye untuk mencegah pergaulan bebas dan kenakalan pelajar di kotanya >> #100pahlawantarbiyah

42. Kyai yang pesantren atau boarding madrasahnya melahirkan banyak duat yang siap ditugaskan kemana2.. #100pahlawantarbiyah

41. aktivis remaja masjid yang rutin makmurkan masjid, ajak rekan remaja untuk cinta masjid dan kebaikan >> 100pahlawantarbiyah

40. Pemuda yang saat lajang sejak sekolah/kuliah sdh bekerja mencari nafkah untuk membiayai dirinya dan dakwah >> #100pahlawantarbiyah

39. Orang tua yang selektif memilih menantu untuk puterinya, karena tak rela puterinya hidup jauh dari agamanya >> #100pahlawantarbiyah

38. Desainer yang membuat desain baju, jilbab, dan busana muslim-muslimah hingga dicintai dan marak dimana-mana #100pahlawantarbiyah

37. Produsen dan distributor segala produk menyehatkan untuk mencegah umat dari sakit dan bahan pengawet yang bahaya #100pahlawantarbiyah

36. Pengacara yang suka membela du’at dan umat dari ketidakadilan dan mafia hukum, rela membela rakyat demi kebaikan #100pahlawantarbiyah

35. buruh Migran yang ada di Luar Negeri, selain bekerja, ada yang menjadi guru ngaji bagi dan konselor bagi temannya #100pahlawantabiyah

34. Aktivis yang bolak-balik pergi ke negara lain, untuk mendampingi TKI dan bimbing mereka dari pengajian ke pengajian #100pahlawantarbiyah

33. Anak-anak muda kekar perkasa yang menjadi pengawal pribadi tokoh dan pengamanan saat acara dakwah dan kebaikan #100pahlawantarbiyah

32.. Wanita shalihah yg bertugas menjaga anak-anak , bayi dan balita di tempat “hadlonah” anak saat kegiatan dakwah >> #100pahlawantarbiyah

31. Orang bekerja atau sekolah di tanah rantau, yang tetap istiqomah disana untuk bekal kembali di daerah asal >> #100pahlawantarbiyah

30. Wartawan atau jurnalis yg gigih bekerja untuk menghasilkan karya jurnalistik yang membela dakwah dan umat >> #100pahlawantarbiyah

29. Imam masjid yang senantiasa memimpin jamaah di masjid 5 waktu sehari >> #100pahlawantarbiyah

28. Bilal yang kumandang adzannya membangunkan orang sholat shubuh dan magnet jamaah 5 waktu sehari >> #100pahlawantarbiyah

27. Petugas Amil Zakat, berjaga di hari libur, bertugas setiap hari, masuk keluar kantor dan rumah utk ambil ziswaf #100pahlawantarbiyah
Termasuk RT @BerZakat: @mungkin perlu tambahan referensi lembaga penyalur zakat, buka aja bit.ly/udSMvs

26. penulis Buku-buku kebaikan, buku dasar2 agama dan buku-buku fikrah dakwah, yg bukunya jd motor gerakan kebaikan >> #100pahlawantarbiyah

25. orang yang membiayai program-program kebaikan, donatur bagi kegiatan dakwah >> #100pahlawantarbiyah

24. para qori’ yg suaranya dibutuhkan masyarakat, di berbagai kegiatan utk menggugah hati akan keindahan Al Qur’an >> #100pahlawantarbiyah

23. Khatib yg khutbahnya menyentuh masyarakat, menggugah hati dan perasaan pendengar untuk berubah ke arah kebaikan >> #100pahlawantabiyah

22. Para atlet dan guru olahraga yang senantiasa berprestasi dan mendidik masyarakat untuk sehat dan qowiyul jism. >> #100pahlawantarbiyah

21. para pegiat kemansiaan, pekerja sosial yang diutus di daerah bencana hingga ke daerah konflik dan Palestina >> #100pahlawantarbiyah

20. Para WNI yg berjuang belajar /studi di Negeri lain untuk membangun negeri ini kelak dengan teknologi dan kepakaran #100pahlawantarbiyah

19.Syuhada, veteran, yg berjuang bebaskan negeri ini dr penjajahan asing hingga negeri ini merdeka & terbuka utk dakwah #100pahlawantarbiyah

18. Para pejuang RI yg tak tertulis & tak disebut dalam pusara dan gelar “pahlawan” agar negeri ini barokah untuk umat #100pahlawantarbiyah

17. Para du’at penyebar agama sejak awal hingga era kemerdekaan, era demokrasi liberal, terpimpin, orla dan orba. #100pahlawantarbiyah

16. para duat yang turut membuka pintu gelora reformasi di Indonesia dan negeri2 lain agar berubah ke arah kebaikan #100pahlawantarbiyah

15. orang yg merekrut kita, mengajak pertama kali ke arah kebaikan. tak terduga perkenalan dgn dia, membuat istiqomah #100pahlawantarbiyah

14. Semua profesi dan pekerjaan yang mendukung dakwah dan membela umat, baik kecil sampai besar, baik jauh atau dekat #100pahlawantarbiyah

13. Petugas dakwah yang bekerja di balik layar untuk mengembangkan kreativitas dan menjaga asholah kemurnian >> #100pahlawantarbiyah

12. Kaum Cerdik cendikia tempat kita belajar, seminar, training untuk kapasitas diri dan ummat dan terus belajar #100pahlawantarbiyah

11. kaum Ulama, fuqoha, ‘Alim dan halihin yang kita belajar tentang ilmu agama kepadanya #100pahlawantarbiyah

10. Murid-murid, mutarabbi dan anak-anak shalih kita, yang selalu mendoakan agar terus istiqomah dalam kebaikan #100pahlawantarbiyah

9. Seluruh guru SMP-SMA – Kuliah yang mendidik kita saat remaja – dewasa hingga kita berilmu dan berkapasitas #100pahlawantarbiyah

8. Seluruh guru SD yang mengajari kita menulis, membaca dan berpengetahuan dasar dan mendidik nilai2 kebaikan #100pahlawantarbiyah

7. Seluruh Guru TK / PAUD yang mengajari kita membaca, menyanyi dan berhitung #100pahlawantarbiyah

6. Istri dan / suami kita yang mendampingi kita dalam perjuangan dakwah, mengarungi bahtera keluarga pejuang #100pahlawantarbiyah

5. Ibunda & ayahanda, Orang tua kita yg telah melahirkan, membesarkan, mendidik & merestui kita utk aktif berjuang #100pahlawantarbiyah

4. Muassis, perintis dakwah di perkotaan dan perdesaan. Di sekolah dan kampus, di kantor dan di mana-mana #100pahlawantarbiyah

3. Mujahid mujahidah dakwah yang telah mendahului kita yang amal dakwahnya terasa hingga sekarang dan masa depan #100pahlawantarbiyah

2. Para qiyadah (pemimpin) yg memimpin dan memikirkan da’i, keluarga da’i, umat & bangsa ini, dimanapun mereka berada #100pahlawantarbiyah

1. Para Murobbi / Murabbiyah yang gigih berjuang metarbiyah kita kemarin, sekarang dan insya Allah hari-hari kedepan #100pahlawantarbiyah

Alhamdulillah tuntas sudah #100pahlawantarbiyah yg didedikasikan untuk semua.Mari kita sampaikan salam, rasa terima kasih, dan doakan mereka

Sumber : http://www.islamedia.web.id/2011/11/siapakah-mereka-100pahlawantarbiyah.html

Minggu, 06 November 2011

Menyembelih Koruptor


Jakarta - Mengurai perjalanan spiritual Nabi Ibrahim As, berarti membawa hati dan fikiran kita menelaah epos sejarah tentang beragam dimensi hidup.

Tentang pemberontakan menggugat paganisme, kritisisme melawan rezim, meneguhkan prinsip pencarian Tuhan yang tunggal (monoteisme) yang berseberangan dengan keyakinan masyarakat saat itu.

Singkat kata, ibadah haji dan Hari Raya Kurban (Idul Adha) yang hari ini dilakukan oleh jutaan umat muslim dipenjuru dunia, merupakan buah dari nurani Ibrahim yang berontak menyaksikan praktek keberhalaan yang mengkooptasi rasio manusia di antara aliran sungai Lembah Mesapotomia medio 2295 SM.

Kritik Ibrahim yang bahkan bertentangan dengan keyakinan Aazhar, ayahnya yang juga seorang "pengrajin tuhan kayu" dari kaum Kaldan, yang berajakan Namrud di Babilonia, sebagaimana Omar Hashem menggambarkan di dalam karya monumentalnya "Muhammad Sang Nabi".

Keterputusan dakwah dalam rentang waktu yang lama, yaitu sekitar 1046 tahun sepeninggal Nuh AS -nabi dan rasul yang terakhir berdakwah di Mesopotamia sebelum Ibrahim- membuat jejak atau bahkan bayangan cahaya tauhid sirna dari negeri yang kini kita kenal sebagai Irak tersebut.

Terpotongnya generasi penyeru tauhid, membuat Ibrahim AS bekerja dari titik nol. Memulai dari dirinya sendiri, melalui kontemplasi dan proses dialektika yang panjang.

Persimpangan Kegelisahan

Ayat-ayat kauniyah (fenomena alam) merangsang nalarnya. Bintang bertaburan yang menjadi bunga-bunga kegelapan, purnama yang menyempurnakan keelokan malam dan matahari yang menyampaikan energi kehidupan, semua mengusik keingintahuan Ibrahim tetang Sang Maha Pencipta.

Benda-benda langit yang superior bagi pandangan manusianya, melintasi sejarah pencarian Ibrahim AS akan Tuhan yang mengendalikan alam raya dimana kini ia berada. Secara marathon, Al Qur’an surat Al An’am ayat 75-79 mengisahkan heroisme perjalanan Ibrahim AS "mencari" Tuhan.

Tak hanya sampai disitu, setelah "“menemukan" Tuhan, Ibrahim AS tidak serta merta percaya begitu saja. Untuk memperkuat keyakinan, menentramkan iman, menjauhkan syak wasangka yang ditumpangi godaan syahwat, Ibrahim AS memohon kepada Allah SWT agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

Setelah melalui proses menggetarkan jiwa, menggugah iman hingga menelusup ke labirin terdalam ruh transendensi Ibrahim, cerita belum berakhir. Ibrahim, sosok tunggal pembawa suluh tauhid di zamannya, masih diperhadapkan pada etape krisis tak berkesudahan.

Realitas yang harus konstruksi dari firman Tuhan melalui alam fana, saat ia bermimpi dan Allah SWT menitahkan agar ia menyembelih anak semata wayang yang lama dinanti kehadirannya dari rahim wanita shalehah Siti Hajar.

Ibrahim AS, oleh Allah SWT diserukan menyembelih Ismail. Bocah yang di lauh mahfudz telah tertulis takdir nubuwah pada dirinya hingga menjadi penyambung silsilah generasi Islam yang 2500 tahun kemudian disempurnakan oleh syariat Islam pasca kedatangan Muhammad Saw.

Menaggalkan Berhala

Ibrahim dan Ismail telah bersepakat menunaikan perintah Allah SWT. Keduanya lantas berserah diri. Berhala-berhala materialisme dan fana dunia telah luruh melebur di dalam iman. Ibrahim bersama anaknya, Ismail pun lulus ujian yang menjadi anti klimaks dialog panjang dalam melakoni perintah-Nya. Ismail ditebus dengan sembelihan yang besar (Surat As Saffat ayat 103-110).

Setelah Islam disempurnakan melalui risalah khatamannabiy Muhammad Saw, kita kemudian mengenal tebusan tersebut sebagai hewan qurban.

Qurban yang diterminologikan sebagai praksis muraqabatullah (mendekatkan diri kepada Allah), dan dilaksanakan pada hari raya Idul Adha serta hari-hari tasyriq yaitu 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, bukan merupakan syariat yang berdiri tunggal.

Pemaknaan historis secara komprehensif sebagaimana dilalui oleh Ibrahim dan keluarganya mengantar pada kenyataan sejarah, bahwa qurban dilakukan terintegrasi dengan ujian-ujian yang mendahuluinya.

Mulai dari pencarian atas eksistensi Allah SWT (iman) yang mendeterminasi keberadaan berhala di dalam diri setiap manusia, konsistensi walau menghadapi masyarakat dan keluarga paganis (istiqomah), hingga ketulusan mengorbankan buah hati yang dinanti ratusan tahun, mulai dari istri pertama Siti Sarah (ikhlas). Itulah mengapa Ibrahim dilantik oleh Allah SWT sebagai salah satu ulul azmi.

Kepada Ibrahim pula, Islam berhulu hingga ajarannya bermuara pada aliran takdir Muhammad Saw. Ibrahim, Ismail dan Muhammad Saw satu garis silsilah sebagaimana hasil penelusuran para sejarawan, diantaranya tercatat oleh Syaikh Syafiyurrahman al Mubarakfuri di dalam kitabnya Sirah Nabawiyah (edisi terjemahan Indonesia).

Sembelih Koruptor

Menariknya, Hari Raya Qurban tahun 2011 beririsan dengan tanggal 10 November. Momentum reflektif bagi bangsa Indonesia dalam menghargai darah yang telah membasuh-suburkan pertiwi dan nyawa yang telah memberinya energi untuk hidup seribu tahun lagi seperti kata Chairil Anwar.

Karena pada tanggal 10 November, heroisme membahana di Kota Pahlawan. Semangat mempertahankan kemerdekaan, menggerakkan rakyat mengusir penjajah yang kembali dengan moncong meriam dan tank tempurnya.

Qurban, dalam konteks etape spiritual Ibrahim adalah puncak. Akarnya penuh warna heroisme (kepahlawanan) : mencari Tuhan hingga mengorbankan anak.

Karenanya Ibrahim telah melakonkan peran kepahlawanan. Pahlawan yang oleh sastrawan Sapardi Joko Damono dikatakan "telah berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah". Ujian yang simultan tak membuat Ibrahim jemu berjuang lalu menanggalkan senjata keimanannya, seperti pesan Sayyid Quthb.

Kita mahfum bahwa takdir sejarah sekaligus sunnatullah, jika pahlawan hanya dilahirkan saat krisis. Sama seperti lika liku Ibrahim yang membuatnya menjadi manusia besar dalam sejarah nubuwah.

Kita dengan suka rela mengagumi Ibrahim dan keluarganya serta ikhlas menaati perintah Allah SWT untuk berqurban, karena Ibrahim menjadi model bagaimana mengorbankan semua yang dicintai demi cinta yang hakiki pada-Nya.

Mengahncurkan berhala-berhala fana di dalam diri Sama seperti pahlawan yang sebagian besar tak lagi dikenal generasi kini, saat mereka merelakan nyawanya karena cinta pada persada. Mereka tidak berfikir untuk dirinya, tetapiu mereka bertindak untuk generasi selanjutnya. Itulah rumus kepahlawanan.

Bahwa ketika hari ini bangsa kita dililit krisis, maka yang dibutuhkan adalah sosok yang berani melawan arus, mereka yang rela mengorbankan jiwa raga untuk negerinya. Dimanapun, pahlawan itu jumlahnya selalu sedikit. Karena pahlawan adalah mereka yang memilih jalan berbeda. Maka tak perlu kahwatir jika tak ada sorak sorai dan gemuruh puja puji.

Ketika yang lain tunduk pada godaan, tergelincir oleh jebakan, pahlawan sejati konsisten dengan cita-citanya. Seperti cita-cita Ibrahim menghujamkan iman di dalam jiwa raga, atau seperti asa arek-arek Suroboyo menghalau penjajah dengan gagah perkasa.

Pahlawan sejati selalu melihat celah kontribusi, karena ruang kepahlawanan senantiasa terbuka sepanjang masa. Walau dengan warna berbeda, tapi subtansinya sama, pengorbanan tanpa batas.

Dan pada akhirnya, pahlawan selalau menjadi pemimpin, baik sebagai pemimpin formal dengan embel-embel jabatan, maupun memimpin dengan ide-idenya yang dengan sukarela diikuti manusia dari berbagai lapisan. Allah menganugerahkannya sebagaimana ditetapkan di dalam surat Al Baqarah ayat 124 "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia."

Hari ini, bangsa kita miskin pemimpin, karena tak ada lagi jiwa patriotisme. Tak ada lagi semangat pengorbanan. Yang ada hanya nafsu mengorbankan kepentingan orang banyak. Diantara berbagai problem yang membelit bangsa kita, korupsi merupakan problem yang paling disoroti. Menjadi common enemy semua elemen bangsa.

Tapi lucunya, saat dimusuhi yang dibuktikan dengan pembentukan berbagai lembaga ed hoc untuk menghadang laju korupsi, praktek korupsi justru semakin menggurita dari hulu hingga ke hilir. Dari kementrian hingga tingkat RT, dari Jakarta hingga di kampung-kampung. Berbagai data menunjukkan betapa korupsi semakin mengkhawatirkan kita.

Berdasarkan laporan terbaru mengenai Indeks Penegakan Hukum 2011 (Rule of Law Index) yang dirilis World Justice Project (WJP) bahwa di antara negara-negara Asia Timur dan Pasifik, Indonesia berada di ranking ke-2 terkorup. Sedangkan secara global, korupsi di Indonesia berada pada peringkat ke 19 teratas dari 66 negara (Sindo,15/6/2011).

Mekentrian Dalam Negeri melansir, sejak tahun 2004 ada 524 kepala daerah mulai dari gubernur, walikota maupun bupati, terlibat kasus hukum yang bermuara pada korupsi. Artinya rata-rata setiap bulan ada satu kepala daerah yang berurusan dengan hukum (detik.com, 14/06/2011 ).

Data terbaru dari Transparansi Internasional bahkan menunjukkan jika korupsi sudah mewabah ke kalangan pengusaha. Dari daftar Bribery Payers Index (BPI) yang terdiri dari 28 negara, Indonesia menempati peringkat ke-4 daftar pengusaha yang gemar memberi suap untuk memuluskan urusan bisnisnya.

Dalam konteks Hari Raya Kurban, penyembelihan hewan kurban yang sejarah panjangnya telah diuraikan di atas, berangkat dari perang yang digelorakan kepada Ibrahim agar kecintaannya pada Ismail tidak mengalahkan kecintaannya kepada Allah SWT.

Sebagai hamba yang telah diperlihatkan bukti-bukti kebesaran Allah SWT, maka selayaknya Ibrahim As patuh dan mengikhlaskan semua yang dicintainya. Posisi praktek kotor korupsi dalam hal ini lahir dari kecintaan kepada materi. Bahkan harta yang merupakan hak orang lain (masyarakat) pun dirampok.

Oleh karenanya, ajaran berkurban adalah perenungan untuk mengendalikan syahwat material. Penyembelihan kurban hanya simbologi yang harus diaplikasikan dengan menyembeli sifat-sifat kebintangan. Menyembelih sifat-sifat koruptor.

*Penulis adalah Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ratusan Opini dan Essay penulis pernah dimuat dan tersebar diberbagai media massa nasional dan lokal.


Jusman Dalle
Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Makassar
jusmandalle@rocketmail.com
085299430323
@Jusmandalle

http://www.detiknews.com/read/2011/11/06/094754/1761146/471/menyembelih-koruptor