Jumat, 27 Juli 2012

Inilah 9 Makna Penting Ramadhan

Inilah 9 Makna Penting Ramadhan




Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.

Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.

Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.

Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir. Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.

Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya. Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin

Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.

 Sumber : REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Kamis, 26 Juli 2012

Cara Memotong Kuku yang Baik Menurut Islam


Cara Memotong Kuku yang Baik Menurut Islam



Penelitian-penelitian kedokteran mengungkapkan kepada kita bahwa kuku yang panjang dapat mengundang penyakit, karena jutaan kuman akan bersarang di bawahnya.

Penemuan ini menjelaskan kepada manusia sebagian hikmah di balik hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu hadits tentang sunnah-sunnah fithrah yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
kepada manusia. Hadits ini adalah pondasi kebersihan individu.
 
Hari yang baik buat potong kuku itu hari Senin, Kamis, dan Jum'at. Kenapa??Karena yang sering digunakan untuk ibadah sunnah adalah hari-hari itu. Dan adapun tata cara atau urutan memotong kukunya sebagai berikut:
 
Tangan

1. Mulai dari Jari Telunjuk tangan kanan.
2. Jari Tengah tangan kanan
3. Jari Manis tangan kanan
4. Jari Kelingking tangan kanan (Tinggalkan Ibu Jari tangan kanan)
5. Jari Kelingking tangan kiri
6. Jari Manis tangan kiri
7. Jari Tengah tangan kiri
8. Jari Telunjuk tangan kiri
9. Ibu Jari tangan kiri
10. Ibu Jari tangan kanan
 
Kaki

Mulai dari kanan, lanjut sebelah kiri yaitu kelingking kiri. Mulai dari Kelingking Kanan dan bergerak ke jari-jari lain di sebelah kiri jari kelingking kanan .
 
Menurut Imam Syafi'i Sunnah memotong kuku sebelum mengerjakan shalat Jum'at sepertimana disunatkan mandi, bersiwak, bercukur, berharuman, berpakaian bersih dan apik sebelum ke mesjid. Wallahu a'lam bissawab.
 
semoga bermanfaat bagi kita semua ... (fzl/artikelislam)

Sumber : www.Eramuslim.com

11 Amalan Ketika Berbuka Puasa



Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Ketika berbuka puasa sebenarnya terdapat berbagai amalan yang membawa kebaikan dan keberkahan. Namun seringkali kita melalaikannya, lebih disibukkan dengan hal lainnya. Hal yang utama yang sering dilupakan adalah do’a. Secara lebih lengkapnya, mari kita lihat tulisan berikut seputar sunnah-sunnah ketika berbuka puasa:

Pertama: Menyegerakan berbuka puasa.

Yang dimaksud menyegerakan berbuka puasa, bukan berarti kita berbuka sebelum waktunya. Namun yang dimaksud adalah ketika matahari telah tenggelam atau ditandai dengan dikumandangkannya adzan Maghrib, maka segeralah berbuka. Dan tidak perlu sampai selesai adzan atau selesai shalat Maghrib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)

Dalam hadits yang lain disebutkan,

لَا تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ

“Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku (ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275, sanad shahih). Inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka. (Lihat Shifat Shoum Nabi, 63)

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat Maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164, hasan shahih)

Kedua: Berbuka dengan rothb, tamr atau seteguk air.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik di atas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai berbuka dengan rothb (kurma basah) karena rothb amat enak dinikmati. Namun kita jarang menemukan rothb di negeri kita karena kurma yang sudah sampai ke negeri kita kebanyakan adalah kurma kering (tamr). Jika tidak ada rothb, barulah kita mencari tamr (kurma kering). Jika tidak ada kedua kurma tersebut, maka bisa beralih ke makanan yang manis-manis sebagai pengganti. Kata ulama Syafi’iyah, ketika puasa penglihatan kita biasa berkurang, kurma itulah sebagai pemulihnya dan makanan manis itu semakna dengannya (Kifayatul Akhyar, 289). Jika tidak ada lagi, maka berbukalah dengan seteguk air. Inilah yang diisyaratkan dalam hadits Anas di atas.

Ketiga: Sebelum makan berbuka, ucapkanlah ‘bismillah’ agar tambah barokah.

Inilah yang dituntunkan dalam Islam agar makan kita menjadi barokah, artinya menuai kebaikan yang banyak.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala (yaitu membaca ‘bismillah’). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858, hasan shahih)

Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ »

Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda: “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda: “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764, hasan). Hadits ini menunjukkan bahwa agar makan penuh keberkahan, maka ucapkanlah bismilah serta keberkahan bisa bertambah dengan makan berjama’ah (bersama-sama).

Keempat: Berdo’a ketika berbuka “Dzahabazh zhoma-u …”

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ».

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika telah berbuka mengucapkan: ‘Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)’.” (HR. Abu Daud no. 2357, hasan). Do’a ini bukan berarti dibaca sebelum berbuka dan bukan berarti puasa itu baru batal ketika membaca do’a di atas. Ketika ingin makan, tetap membaca ‘bismillah’ sebagaimana dituntunkan dalam penjelasan sebelumnya. Ketika berbuka, mulailah dengan membaca ‘bismillah’, lalu santaplah beberapa kurma, kemudian ucapkan do’a di atas ‘dzahabazh zhoma-u …’. Karena do’a di atas sebagaimana makna tekstual dari “إِذَا أَفْطَرَ “, berarti ketika setelah berbuka.

Catatan: Adapun do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)” Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).  Begitu pula do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih. Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.

Kelima: Berdo’a secara umum ketika berbuka.

Ketika berbuka adalah waktu mustajabnya do’a. Jadi janganlah seorang muslim melewatkannya. Manfaatkan moment tersebut untuk berdo’a kepada Allah untuk urusan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396, shahih). Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 194).

Keenam: Memberi makan berbuka
.

Jika kita diberi kelebihan rizki oleh Allah, manfaatkan waktu Ramadhan untuk banyak-banyak berderma, di antaranya adalah dengan memberi makan berbuka karena pahalanya yang amat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, hasan shahih)

Ketujuh: Mendoakan orang yang beri makan berbuka.

Ketika ada yang memberi kebaikan kepada kita, maka balaslah semisal ketika diberi makan berbuka. Jika kita tidak mampu membalas kebaikannya dengan memberi yang semisal, maka doakanlah ia.  Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Barangsiapa yang memberi kebaikan untukmu, maka balaslah. Jika engkau tidak dapati sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka do’akanlah ia sampai engkau yakin engkau telah membalas kebaikannya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan Ibnu Hibban 8/199, shahih)

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku]” (HR. Muslim no. 2055)

Kedelapan: Ketika berbuka puasa di rumah orang lain.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ

Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo’akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud no. 3854 dan Ibnu Majah no. 1747 dan Ahmad 3/118, shahih)

Kesembilan: Ketika menikmati susu saat berbuka.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ الطَّعَامَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ. وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ

“Barang siapa yang Allah beri makan hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa ath’imnaa khoiron minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan berilah kami makan yang lebih baik darinya). Barang siapa yang Allah beri minum susu maka hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa zidnaa minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkanlah darinya). Rasulullah shallallahu wa ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan makan dan minum selain susu.” (HR. Tirmidzi no. 3455, Abu Daud no. 3730, Ibnu Majah no. 3322, hasan)

Kesepuluh: Minum dengan tiga nafas dan membaca ‘bismillah’.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كان يشرب في ثلاثة أنفاس إذا أدنى الإناء إلى فيه سمى الله تعالى وإذا أخره حمد الله تعالى يفعل ذلك ثلاث مرات

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa minum dengan tiga nafas. Jika wadah minuman didekati ke mulut beliau, beliau menyebut nama Allah Ta’ala. Jika selesai satu nafas, beliau bertahmid (memuji) Allah Ta’ala. Beliau lakukan seperti ini tiga kali.” (Shahih, As Silsilah Ash Shohihah no. 1277)

Kesebelas: Berdoa sesudah makan.

Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458, hasan)

Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734) An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17: 51)

Demikian beberapa amalan ketika berbuka puasa. Moga yang sederhana ini bisa kita amalkan. Dan moga bulan Ramadhan kita penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Wallahu waliyyut taufiq.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Sabtu, 21 Juli 2012

Berhitung Cermat untuk Kemenangan Dakwah

Oleh : Cahyadi Takariawan
gambar : Google
                                                           gambar : Google

”Apa bekal antum menghadapi pertempuran politik ini ?” pertanyaan itu saya lontarkan kepada seorang aktivis saat dirinya akan maju sebagai salah satu bakal calon kepala daerah dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

”Semangat ustadz. Itu bekal yang paling utama. Semua kader bersemangat mendukung, maka sayapun semakin bersemangat”, jawab sang aktivis dengan mantap.

Energik, penuh semangat, itulah ciri semua aktivis dakwah. Loyo, lesu, dan lemah semangat adalah penyakit para aktivis yang selalu mereka hindari dan mereka lawan. Maka dimanapun kita berada, yang kita jumpai adalah semangat yang senantiasa menyala dan menggelora. Para aktivis selalu siap melaksanakan amanah dengan segenap jiwa yang tak pernah lesu. Segala tugas dikerjakan dengan hati tulus. Inilah yang menyebabkan para aktivis mampu menjaga semangat.

Menuju Kepemimpinan Dakwah Tingkat 5

Oleh Cahyadi Takariawan
good to great / google
                                                            good to great / google

Kepemipinan Tingkat 5 adalah istilah lama yang dikemukakan dalam buku Good to Great karya Jim Collins. Buku ini terbit tahun 2001, merupakan hasil penelitian terhadap 1.400 perusahaan yang setelah diseleksi hanya terpilih 28 untuk dilakukan penelitian.

Kepemimpinan tingkat 5 merupakan salah satu kunci lompatan perusahaan dari Good menjadi Great. Kepemimpinan tingkat 5 dapat dimaknai sebagai suatu tingkatan dalam memimpin yang tidak memerlukan jabatan serta tanpa harus berbuat banyak untuk mempengaruhi orang lain. Para pemimpin di tingkat ini mampu mewujudkan racikan paradoks antara kerendahan hati pribadi dan ambisi profesional. Mereka ambisius, namun ambisi itu ditujukan untuk kemajuan perusahaan, bukan untuk diri sendiri.

Pemimpin Tingkat 5 menjauhkan diri mereka dari kepentingan pribadi dan mengalokasikan energi dan ambisinya untuk membangun perusahaan. Bukan berarti Pemimpin Tingkat 5 tidak memiliki ambisi, justru terlihat bahwa Pemimpin Tingkat 5 memiliki ambisi dan kemauan yang besar, untuk memajukan dan mengembangkan organisasi. Dalam diri Pemimpin Tingkat 5, terdapat kombinasi yang unik antara ambisi dengan kerendahan hati.

Efektivitas Penyampaian Pesan dalam Public Speaking

Oleh : Cahyadi Takariawan
gambar : google
                                                              gambar : google

Banyak aktivis dakwah melakukan public speaking, namun pesan tidak bisa diterima secara efektif oleh audiens. Hal ini menandakan, public speaking telah gagal menyampaikan pesan sebagaimana yang dimaksud. Padahal public speaking dilakukan dalam rangka menyampaikan sebuah pesan tertentu kepada orang lain, yang oleh karena itu harus tersampaikan secara efektif.

Pesan bisa disampaikan secara efektif dengan cara verbal dan non verbal. Di antara faktor yang mendukung tersampaikannya pesan dalam public speaking adalah:


1. Ekspresi suara
Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita memproduksi suara serta mengolahnya. Yang terkait dengan ekspresi suara adalah intonasi, tempo, volume suara dan gema. Latihan teknik pernafasan dan alat-alat pengucapan sangat baik untuk menghasilkan ekspresi suara yang bagus.

2. Ekspresi wajah
Wajah yang bersemangat berbeda dengan wajah emosional. Wajah ceria berbeda dengan wajah yang sedih. Wajah yang kocak berbeda dengan wajah serius. Ekspresi wajah harus sesuai dengan suasana forum dan materi pembicaraan. Wajah sedih tepat untuk pembicara pada upacara takziyah kematian. Wajah semangat tepat untuk kampanye dan khutbah.

3. Kontak mata
Salah satu cara komunikasi efektif adalah kontak mata. Pembicara yang selalu menunduk atau selalu menengadah, akan kehilangan komunikasi dengan audiens. Tataplah mata audiens secara merata dan sopan, tidak hanya kepada orang tertentu atau kelompok tertentu saja. Lakukan dengan hati-hati, jangan norak, agar tidak menimbulkan salah persepsi.

4. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh meliputi sikap tubuh dan gerakan tangan. Sikap tubuh bisa mencerminkan kesungguhan dalam berkomunikasi, dan sebaliknya. Gerakan tangan bisa membantu memberikan penekanan terhadap pesan yang anda sampaikan. Ingat, semua harus dikelola secara poporsional, jika terkesan over acting justru mengganggu proses penyampaian pesan.

5. Penampilan
Hal ini meliputi bagaimana kita berpakaian, posisi tubuh ketika duduk, berdiri, berjalan dalam public speaking. Perhatikan kesesuaian pakaian anda dengan suasana forum, audiens dan kultur masyarakat setempat.

Persiapan Pelaku Public Speaking

Oleh : Cahyadi Takariawan

gambar : Google
                                                           gambar : Google

Para aktivis dakwah adalah pelaku public speaking (PS). Setiap saat kita selalu terlibat dalam public speaking, untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan kebaikan, untuk menjelaskan sikap dakwah kepada masyarakat, untuk mengajak masyarakat melakukan berbagai aktivitas positif, dan lain sebagainya. Semua aktivitas dakwah ke tengah kehidupan masyarakat, memerlukan sentuhan kemampuan dan seni public speaking.

Sekedar untuk berbicara dengan tetangga, untuk mengajak mereka hadir dalam sebuah aktivitas dakwah, diperlukan kemampuan public speaking. Undangan melalui sms dan surat hanyalah formalitas, namun undangan melalui lisan, akan sangat berkesan apabila dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Agar public speaking yang kita lakukan bisa mencapai tujuan yang diinginkan, diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut:


1. Persiapan Spiritual
Public Speaking ada yang memiliki kekuatan pengaruh (quwwatut ta’tsir) pada audiens untuk mengubah pemahaman dan perilaku mereka, ada yang sekedar menyenangkan dengan membuat audiens tertawa terbahak-bahak, ada juga yang sekedar membuat kagum audiens karena kemampuan orasi dan retorika yang luar biasa.
Kekuatan pengaruh –dalam konteks dakwah—lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi spiritual pembicara. Kalaupun audiens terpesona oleh retorika, belum tentu akan bisa memberikan pengaruh dalam waktu yang lama.

2. Persiapan Mental
Persoalan yang biasa dijumpai dalam public speaking adalah grogi, tidak percaya diri, dan perasaan minder. Apabila menjumpai suasana kejiwaan tersebut, anda telah menabung 50 % kegagalan dalam menyampaikan pesan. Oleh karena itu siapkan mental anda dengan baik. Cobalah perhatikan do’a-do’a ini:
Rabbisyrahli shadri, wayassirli amri, wahlul uqdatan min lisani, yafqahu qauli…
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahla, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahla….
Konsentrasikan niat anda: fadzakkir, innama anta mudzakkir, lasta alaihum bimushaithir.

3. Persiapan Intelektual
Anda harus menguasai tema atau materi pembicaraan yang hendak anda sampaikan kepada publik. Carilah referensi yang mendukung, catat yang penting, jika perlu. Kuasai juga data-data dan ilustrasi yang diperlukan untuk menunjang materi. Lakukan yang terbaik untuk suksesnya public speaking anda.

4. Persiapan Teknis
Bagaimana dengan tujuan dan target forum, bentuk forum, penataan kursi serta meja, sound system, jadual acara, bahasa pengantar, dan siapa saja yang hadir dalam acara tersebut, apakah telah anda mengerti? Anda bisa gugup setelah memasuki ruangan, apabila sebelumnya tidak mendapatkan informasi mengenai teknis forum.

Faktor Penting untuk Sukses Public Speaking


Oleh : Cahyadi Takariawan
gambar : Google
                                                                 gambar : Google

Sebagai aktivis dakwah, setiap saat kita dituntut untuk melakukan public speaking (PS). Bahkan bisa dikatakan, public speaking adalah aktivitas sehari-hari para aktivis dakwah. Bukan hanya ketika di forum mengisi pengajian, atau mengisi forum tarbiyah pekanan, atau saat menyampaikan paparan dalam rapat, namun juga interaksi sosial keseharian kita dengan masyarakat, semua memerlukan kemampuan public speaking.

Agar public speaking yang kita lakukan lebih bisa mencapai tujuan seperti yang diharapkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Di antara faktor penting untuk menunjang kesuksesan public speaking adalah :


1. Niat yang ikhlas
Anda tidak sedang mencari popularitas, anda tidak sedang mencari tepuk tangan aplause, anda tidak sedang mencari pujian dan menghindari caci maki. Yang sedang anda lakukan adalah dakwah kepada Allah. Menapaki jalan Rasulullah. Menapaki jalan generasi sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para a’immatul mujahid dakwah. Maka, i’malu, fasayarallahu a’malakum. Lakukan public speaking dengan niat yang ikhlas karena Allah.

2. Penguasaan materi PS
Anda tidak sedang melawak dengan mencari lelucon, anda tidak sedang ngerumpi dengan mencari gosip, yang anda lakukan adalah menyampaikan pesan. Maka pesan anda akan diterima dengan baik dan mudah oleh audiens apabila anda menguasai materinya.

3. Penguasaan teknik PS
Anda pernah menyaksikan ceramah yang membosankan? Khutbah yang membuat mengantuk? Pembicara dalam seminar yang membuat orang lebih senang mengobrol dengan teman sebelah? Apakah karena materi tidak menarik? Apakah karena pembicaranya tidak bermutu? Belum tentu. Sangat mungkin, yang terjadi adalah tidak dikuasainya teknik public speaking. Pembicara seperti berbicara untuk dirinya sendiri, dan tidak berinteraksi dengan audiens.

4. Latihan PS
Perhatikanlah para pemain teater panggung. Mereka berlatih dengan serius. Mereka melakukan olah vokal, latihan ekspresi wajah, ekspresi pandangan mata, ekspresi tubuh, melatih intonasi, volume suara, juga tempo. Mereka berlatih mencari kosa kata, mengeja dan mengucapkannya dengan berbagai irama. Padahal, setelah mereka mahir, yang akan dilakukan adalah pentas drama, yang belum tentu memiliki muatan pesan dalam kebaikan. Mengapa pelaku dakwah tidak melatih dirinya?

5. Aplikasi PS
Setelah melakukan latihan, aplikasikan dalam dakwah anda. Dalam dakwah fardiyah, dalam pergaulan sosial, pertemuan PKK dan Dasawisma, memberi materi daurah, seminar, halaqah, diskusi publik, rapat, dan lain sebagainya. Semakin banyak jam terbang, akan semakin menguasai teknik public speaking. Bahkan anda akan menemukan hal-hal baru, dan menciptakan teori-teori baru dari pengalaman anda.

Sumber : http://cahyadi-takariawan.web.id