Minggu, 10 Juli 2011

NAPAK TILAS GERAKAN MAHASISWA


oleh
Iwan Wahyudi
(Ketua KAMMI Daerah NTB/Trainer Lembaga Training FIKRA)

Hampir sejarah pergolakan dan perubahan disetiap negara tidak lepas dari peran pemuda dan mahasiswa sehingga dalam sebuah proses perubahan dulu kini dan bahkan akan datang kelompok ini selalu ditempatkan sebagai bagian penting yang harus diperhitungkan dalam setiap analisa kebijakan dan perubahan disetiap jengkal muka bumi. Dalam sejarah bangsa Indonesia hal itu tidak dapat kita tutupi.
               Sejarah telah memberikan kesaksian dan menuliskannya dalam prasasti zaman sejak masa kebangkitan nasional dengan Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928 hingga masa memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia andil pemuda tetap menempatkan proporsi yag berbeda hingga saat Soekarno harus diturunkan karena pada tahun 1966 mencapai klimaks kediktatotannya dan terjadi pemberontakan PKI.

Gerakan Mahasiswa tahun 1905
               Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas.
               Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam dibawah pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang di perhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928       .

Gerakan Mahasiswa tahun 1908
               Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.

Gerakan Mahasiswa tahun 1928
               Menggeliatnya sebuah emosi dam kesadaran kaum muda (pelajar/mahasiswa) untk menyolidkan gerakan pada gerakan secara nasional yang utuh yang selama ini disekat oleh fanatisme kesukuan dan semangat kedaerahan. Sehingga pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 konsolidasi besar gerakan tersebut yang merasa penting untuk mengusir penjajahan terhadap bangsa Indonesia membuahkan hasil dengan diikrarkannya sumpah Pemuda.

Gerakan Mahasiswa tahun 1945
               Semangat muda para pelajar/ mahasiswa dalam memperjuangkan kemerdekaan bumi nusantara selain dilakukan dengan bentuk gerakan militer juga dilakukan dengan gerakan diplomasi berupa mempercepat kemerdekaan bangsa Indonesia. Kaum muda yang ingin memerdekaan bangsa melakukan penculikan terhadap Soekarno – Hatta dan “memaksa” kedua tokoh bangsa tersebut untuk membanyakan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, peristiwa tersebut yang kemudian oleh sejarah ditulis dengan peristiea RengasDengklok.

Gerakan Mahasiswa tahun 1966
Tokoh-tokoh mahasiswanya sekarang berada dan pernah pada lingkar kekuasaan, seperti Akbar Tanjung dan  Cosmas Batubara. Akbar Tanjung yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) periode tahun 1999-2004 yang kemudian harus terjungkal dari perpolitikan nasional karena kalah dalam pencalonan untuk menjadi ketua golkar – mesin politik orde baru yang masih hidup- untuk keduakalinya yang sebelumnya pada Februari 2004 berhasil dibebaskan oleh Makhkamah Agung dalam kasus Bulog Gate yang pada saat pembacaan surat Keputusan MA terjadi bentrok dengan mahasiswa.
Angkatan 66 mengangkat isu Komunis –isu yang sama ketika mahasiswa beberapa saat yang lalu sedang gencar menentang kenaikan BBM hingga 80%-sebagai bahaya laten Negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat  Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah kepada ORBA (orde baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA.
               Pergantian rezim bukan jaminan kemakmuran dan harapan besar kesejahteraan bangsa bisa terwujud 32 tahun kemudian bangsa ini dikendalikan oleh rezim orde diktator baru Soeharto yang tidak kalah parah kediktatorannya. Soeharto punya banyak perangkat dan cara untuk membungkam sikap kritis rakyat dan anak bangsanya sendiri. Terutama gerakan yang mengarah pada penentangan terhadap pemerintah/penguasa.
               Gerakan angkatan 66 ini dikatakan sangat fenomenal karena dapat mengartikulasikan kegelisahan rakyat dalam Tritura.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1968-1970
               Terjadi perselisihan pandang gerakan mahasiswa terhadap rezim ada yang masih bersikap kritis dan ada juga yang terbawa arus kekuasaan rezim. Gerakan mahasiswa digiring kembali pada rutinitas kekampusan. Terdapat kerenggangan hubungan antara gerakan intra dan ekstra kampus.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1974 dan 1978
Ditengah tekanan yang demikian rupa dan rakyat hanya bisa dian mahasiswa kembali menunjukkan eksistensinya sebagai anak emas perubahan. Aksi protes pertama pada rezim Soeharto dilakukan mahasiswa terjadi pada tahun 1974 yang terkenal dengan peristiwa MALARI atau Malapetaka 15 Januari. Peristiwa diawali dengan aksi protes mahasiswa terhadap strategi pembangunan orde baru yang mengakibatkan kesenjangan sosial dan terjadinya dominasi modal asing. Aksi mahasiswa berubah menjadi kerusuhan massa yang memakan korban jiwa dan kerugian material. Gerakan mahasiswa pada episode ini menolak produk Jepang. tokoh mahasiswa yang mencuat pada gerakan mahasiswa ini seperti Hariman Siregar.
               Sebelumnya pada tanggal 11 Januari 1974, 85 orang yang merupakan perwakilan dari 35 dewan mahasiswa se-Indonesia melakukan dialog dengan Presiden Soeharto di Bina Graha, namun karena dialog tentang kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu berorientasi pada jepang tersebut gagal maka meledaklah peristiwa Malari.
               Tidak sampai disitu empat tahun kemudian masih dalam kekuasaan rezim orde baru, menjelang pemilu 1978, mahasiswa kembalii melakukan aksi. Namun, berbeda dengan angkatan 1974 yang turun kejalan, angkatan 1978 melakukan aksi didalam kampus. Mereka menolak kepemimpinan Soeharto dengan mengajukan alternatif presiden pengganti. Maraknya aksi demonstrasi dikampus-kampus mendorong tentara melakukan tindakan represif. Rezim orde baru mengerahkan pasukan bersenjata, panser dan helikopter untuk mengamankan kampus. Pendudukan kampus-kampus itu mengambarkan perilaku rezim yang tidak sedikitpun menghormati institusi pendidikan.
               Gerakan pada era 1978 kurang berhasil karena terdapat kemerosotan dan kesamaan gerakan mahasiswa yang disebabkan oleh :
1.    Gerakan tidak mampu memobilisasi massa dalam waktu yang panjang.
2.    Akibat dari “Artefat media massa”. Media tidak berpihak pada gerakan mahasiswa karena sudah dikuasai pleh rezim.
3.    Perubahan fokus isu menjadi isu-isu elit.
4.    Perubahan orientasi mahasiswa yang cenderung lebih liberal.
5.    Diserapnya aktivis mahasiswa ke posisi profesional/kekuasaan.
6.    Kebijakan pendidikan kampus yang menurunkan aktivitas mahasiswa.
7.    Populasi mahasiswa dan non mahsiswa yang tidak seimbang.
8.    Gerakan mahasiswa merasa gagal dalam melakukan fungsi perubahan.
9.    Perubahan realitas politik eksternal. Peran institusi politik menyerap sejumlah agenda politik mahasiswa.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1980
Gerakan pada era ini tidak popular, karena lebih terfokus pada perguruan tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri (Menteri Dalam Negeri) Saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan Demo Mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri. Buntutnya Pelaku pelemparan yaitu Jumhur Hidayat terkena sanksi DO (Droup Out) oleh pihak ITB (pada pemilu 2004 beliau menjabat sebagai Sekjen Partai Serikat Indonesia / PSI).
               Dampak dari peristiwa itu rezim soeharto melakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas mahasiswa. Depolitisasi kampus dilakukan dengan menerapkan kebijakan NKK/BKK . NKK (Normalisasi Kehidupan ampus) diterapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Daoed Yoesoef lewat SK No. 0156/U/1978 yang bertujuan mengarahkan mahasiswa hanya berkutat pada wilayah akademik saja, dan menjauhkan diri dari aktivitas politik, karena dinilai dapat membahayakan kekuasaan rezim orde baru.
               Tidak hanya itu saja perangkat penindasan yag dibuat oleh penguasa, lewat SK Kopkamtip No.02/Kopkam/1978, rezim yang cemas melalui Pangkopkamtib Soedomo, membekukan lembaga Dewan Mahasiswa (DM) yang merupakan basis kekuatan perjuangan mahasiswa dilingkungan intra-kampus. Dan berdasarkan SK Menteri P dan K No.037/U/1979 pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan).
               Cengkaman kuat rezim melahirkan gerakan mahasiswa yang mandul termasuk pada Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) yang sebatas melakukan kegiatan seremonial saja jauh dari sikap kritis pada penguasa yang kian hari menunjukkan kediktatorannya apalagi memasuki ranah politik.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1990 an
Isu yang diangkat pada Gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus / Badan Kordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa (DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Organisasi kemahasiswaan dimasa cengkraman penguasa ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat sebagai kaki tangan  pemerintah (penguasa) lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa yang berani mengucapkan kata kritis terhadap kebijakan pemerintah yang memang sudah sangat diktator, bahkan tidak segan-segan untuk men-DO-kan. Di kampus intel-intel berkeliaran, pergerakan mahasiswa dimata-matai. Karena banyak intel berkedok mahasiswa.
Pemberlakuan NKK/BKK maupun opini OTB (organisasi Tanpa Bentuk) yamg kemudian masyarakat digiring untuk menganggap itu bagian lain dari komunisme ataupun cara-cara lain yang dihadapkan menurut versi penguasa ORBA, tidak membuat mahasiswa putus asa, karena disetiap event nasional dijadikan untuk  menyampaikan penolakan dan pencabutan SK tentang pemberlakukan NKK/BKK.
               Mahasiswa dan pemuda bukan anak kecil apalagi robot yang bisa diatur tanpa memiliki akal dan nurani. Dibawah cengkraman rezim yang begitu buas di era 1980-an dan 1990-an sejumlah mahasiswa merancang format gerakan baru, yaitu melalui kegiatan keagaman terutama penguatan individu dengan memanfaatkan Mushalla dan Masjid kampus sebagai pusat kegiatan. Meraka meninggalkan organisasi-organisasi  foormal kampus karena sudah dikotori oleh tangan-tangan penguasa. Dan gerakan inihlah yang kemudian bersama mahasiswa Indonesia melahirkan Kesatuan aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan gerakan 1998 yang menumbangkan Soeharto.

Gerakan Mahasiswa Tahun 1998
Gerakan mahasiswa era sembilan puluhan mencuat dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 21 mei 1998. (lihat JALAN PANJANG MENUMBANGKAN KEDZOLIMAN).
Gerakan  mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada tahun 1998, di diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997. harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda REFORMASI nya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama 32 tahun ! politisi diluar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).
Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai  atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan FORKOT (Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan Soeharto.
Perjuangan adalah kata yang harus menanggung konsekuensi dan bukan sesuatu yang tak berarti tapi perjuangan ini sangat mahal harganya karena harus dibayar dengan 4 nyawa mahasiswa Tri Sakti, mereka gugur sebagai Pahlawan Reformasi, serta harus dibayar dengan tragedi Semangi 1 dan 2. Memang lengser nya Soeharto seolah menjadi tujuan utama pada gerakan mahasiswa sehingga ketika pemerintahan berganti isupun  berganti.
 REFORMASI terus bergulir, perjuangan mahasiswa tidak akan pernah berhenti sampai disini karena ia adalah mata air yang senantiasa menjadi kebangkitan dari peradaban dibumi ini dan karena ia adalah rahasia peradaban yang selalu datang ketika kedzloliman telah bersekutu dengan congkaknya di tanah ini serta karena ia adalah  arus yang senantiasa akan melibas, melumat dan menggulung siapa saja yang tidak bersih hati dan perjuangannya dari jalan kebenaran ini. Perjuangan dari masa ke masa akan tumbuh jika Penguasa tidak berpihak kepada rakyat.
Dari perjalanan gerakan mahasiswa dari masa ke masa ada persamaan ciri dari gerakan mahasiswa angkatan 98 dengan gerakan mahasiswa angkatan lainnya, yaitu :
¨  Sebagai Motor penggerak Pembaharuan
¨  Kepedulian dan Keberpihakan terhadap rakyat
Sedangkan perbedaan yang mencolok adalah, penyikapan isu yang tidak sentral lagi, karena REFORMASI TOTAL belum tuntas dan aktivis angkatan 98 sudah melepas statusnya sebagai mahasiswa, serta mereka sudah tidak seidealis lagi ketika waktu masih menjadi mahasiswa di dalam menyikapi persolan bangsa, mereka sekarang sudah terjun kedalam dunia politik praktis dan tersebar di banyak partai pemilu 2004. Dulu mereka menggugat ORBA, tapi sekarang duduk dan bergabung dalam lingkaran ORBA. Inilah suatu realita perpolitikan di Indonesia. Mungkin juga anda yang sekarang sebagai aktivis akan seperti mereka, menjadi seorang Opurtunis ? hanya anda sendiri yang akan menentukan langkah selanjutnya.
Karakter yang menarik dari semua aktivis gerakan mahasiswa terutama gerakan mahasiswa Islam adalah mereka yang memenuhi persyaratan :
¨     Mempunyai prestasi akademik yang baik (IPK diatas rata-rata).
¨     Basic organisasi yang kuat, karena mengalami pengkaderan yang berjenjang dari tingkatannya, bukan aktivis instant yang hanya mengejar popularitas sesaat.
¨     Santun dalam bertingkah cerdas dalam berfikir (ahlakul kharimah), dan menjadi panutan mahasiswa lainnya.
¨     Mampu me-manage (mengatur) waktu, bukan waktu yang mengaturnya.
¨     Mampu menuangkan pokok pikiran dan ide-ide nya kedalam tulisan. Gerakan penyadaran tidak hanya dalam bentuk aksi jalanan melainkan dalam bentuk tulisan juga.
Jika anda sebagai mahasiswa mempunyai semua kriteria seperti diatas, maka anda layak menyandang predikat sebagai aktivis mahasiswa sejati. Jika belum, maka baiknya anda banyak belajar, belajar dan belajar. Karena cek kosong reformasi yang pernah kita berikan pada para pemimpin bangsa ini banyak disalah gunakan oleh para pengkhinat busuk yang kemarin bersama kita berpura-pura manis dalam gerbong yang sama gerbong reformasi.

Disampaikan dalam Orientasi Studi Siyasi KAMMI Komisariat IAIN Mataram
Mataram, 17 Maret 2007

1 komentar:

  1. Artikel ini sangat bagus, sangat membantu saya. Namun sayang, tulisan ini nyaris sama dengan blog-blog lain yg membahas tentang gerakan mahasiswa.

    BalasHapus